My story

My story

Rabu, 21 November 2012

PENGARUH PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING
BERBANTUAN DIAGRAM VEE TERHADAP
KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN
INFERENSI LOGIKA SISWA KELAS X PADA MATERI
HIDROKARBON
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
Diah Ika Rusmawati
4301408054
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
PENGARUH PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING
BERBANTUAN DIAGRAM VEE TERHADAP
KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN
INFERENSI LOGIKA SISWA KELAS X PADA MATERI
HIDROKARBON
Skripsi
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Diah Ika Rusmawati
4301408054
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul ”Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan
Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika
Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon” telah disetujui oleh pembimbing untuk
diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 31 Agustus 2012
Semarang, 14 Agustus 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd. Dr. Sudarmin, M.Si.
NIP. 19470324 197008 1 001 NIP. 19660123 199203 1 003
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee
terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa
Kelas X pada Materi Hidrokarbon”
disusun oleh :
Nama : Diah Ika Rusmawati
NIM : 4301408054
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada
Hari : Jumat
Tanggal : 31 Agustus 2012
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dra. Woro Sumarni, M.Si.
19631012 198803 1 001 19650723 199303 2 001
Ketua Penguji
Dr. Sri Haryani, M.Si.
19580808 198303 2 002
Penguji/Pembimbing Utama Penguji/Pembimbing Pendamping
Drs.Tjahyo Subroto, M.Pd. Dr. Sudarmin, M.Si.
NIP. 19470324 197008 1 001 NIP. 19660123 199203 1 003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dirujuk dalam skripsi
ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Semarang, Agustus 2012
Diah Ika Rusmawati
4301408054
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Kejujuran membawa keberkahan, kerja keras membawa kesuksesan. Dengan kerja
keras yang jujur, aku yakin pasti Tuhan akan memberikan kesuksesan yang berkah.
PERSEMBAHAN:
Dengan penuh ucapan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Orangtuaku tercinta, yang selalu menyayangiku, mendukungku
dan memberikan doa restu untukku;
2. Teman-teman CHEVENT, yang sudah menjadi keluargaku
selama ini;
3. Teman-teman seperjuangan pendidikan kimia regular ’08;
4. Dan teman-temanku tersayang di “Kost Intan”, yang
memberikan keceriaan dalam hidupku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee terhadap
Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi
Hidrokarbon”.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang memberikan fasilitas yang cukup
memadai di kampus sehingga kami dapat menggunakan fasilitas yang ada untuk
penyusunan skripsi ini.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk melakukan penelitian ini.
3. Ketua Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd., Dosen pembimbing I yang dengan tekun,
sabar, dan teliti memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti mulai
penyusunan proposal, jalannya penelitian dan awal penulisan skripsi.
5. Bapak Dr. Sudarmin, M.Si., Dosen pembimbing II yang dengan tekun, sabar,
teliti, dan kritis memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti mulai
penyusunan proposal, jalannya penelitian dan awal penulisan skripsi.
vii
6. Bapak Drs. Kunnaji, kepala SMA Negeri 1 Gombong yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Dra. Endang Kinarlin, Guru Kimia SMA Negeri 1 Gombong yang telah
berkenan membimbing dan membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Siswa kelas X 5 dan X 7 SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012 atas
kesediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu, dan semua pihak
yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan dan pelaporan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis sampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada
semua pihak, jika selama interaksi terjadi banyak hal yang kurang berkenan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada para
pembaca pada umumnya, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
perkembangan pendidikan selanjutnya.
Semarang, Agustus 2012
Penulis
viii
ABSTRAK
Rusmawati, D. I. 2012. Pengaruh Penerapan Collaborative Learning
Berbantuan Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik Pengamatan dan
Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon.Skripsi, Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Drs. Tjahyo Subroto, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping
Dr. Sudarmin, M.Si.
Kata kunci: Collaborative learning; diagram vee; hidrokarbon; keterampilan
generik sains
Keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika yang baik dapat
diperoleh melalui penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat.
Collaborative learning mengacu kepada metode pengajaran yang mana siswa
dengan berbagai latar kemampuan bekerja bersama-sama dalam kelompokkelompok
kecil untuk mencapai tujuan. Dengan bekerja bersama-sama melakukan
percobaan dalam kelompok-kelompok mempermudah siswa dalam melakukan
pengamatan dan menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan
keterampilan generik inferensi logika pada materi hidrokarbon. Materi yang
dipilih adalah hidrokarbon. Populasi penelitian yaitu siswa kelas X SMA N 1
Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 sebanyak 285 yang terbagi dalam 9 kelas.
Sampel ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling dan dihasilkan
kelas X 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X 7 sebagai kelas kontrol. Metode
pengumpulan data adalah tes berbentuk soal essay, diagram vee, angket,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan penguasaan
konsep pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Penerapan
collaborative learning berbantuan diagram vee mampu meningkatkan penguasan
keterampilan generik pada taraf pencapain sedang. Keterampilan generik
pengamatan pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
generik inferensi logikanya. Taraf pencapaian keterampilan generik pengamatan
adalah tinggi, sedangkan taraf pencapaian keterampilan generik inferensi
logikanya sedang. Besarnya pengaruh penerapan collaborative learning
berbantuan diagram vee mencapai 33,70%. Hal ini berarti penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee memiliki pengaruh sedang pada pembelajaran.
Keunggulan collaborative learning berbantuan diagram vee ini disamping
meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika siswa dan konsep hidrokarbon, juga membuat siswa lebih teliti dan
terampil dalam melakukan percobaan dan menuntut siswa terlibat lebih aktif
selama pembelajaran.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................... .............. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......... ................................................................ 5
1.3 Tujuan ........................................................................ .................... 6
1.4 Manfaat ..................................................................................... ..... 7
1.5 Penegasan Istilah ............................................................................ 8
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................ 11
2.1 Pembelajaran Kimia dan Permasalahannya .................................... 11
2.2 Collaborative Learning .................................................................. 13
2.3 Diagram Vee ................................................................................... 17
2.4 Keterampilan Generik Sains ........................................................... 24
2.5 Materi Hidrokarbon ........................................................................ 28
2.6 Penelitian yang Mendukung ........................................................... 31
2.7 Kerangka Berpikir .......................................................................... 36
2.8 Hipotesis ......................................................................................... 38
3. METODE PENELITIAN ......................................................................... 39
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 39
3.1.1 Populasi ........................................................................................ 39
3.1.1.1 Analisis Data Tahap Awal (Data Populasi).................................. 39
3.1.1.2 Uji Normalitas .............................................................................. 39
3.1.1.3 Uji Homogenitas Populasi ........................................................... 40
3.1.2 Sampel .......................................................................................... 40
3.2 Variabel Penelitian ...................................................................... 41
3.3 Desain Penelitian .......................................................................... 42
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 42
3.5 Metode Penyusunan Instrumen .................................................... 44
3.5.1 Materi dan Bentuk Tes ................................................................. 44
3.5.2 Metode Penyusunan Instrumen Uji Coba..................................... 45
3.5.3 Pelaksanaan Tes Uji Coba ........................................................... 46
3.6 Analisis Instrumen Penelitian....................................................... 46
3.6.1 Uji Validitas Soal ......................................................................... 46
x
3.6.2 Uji Reliabilitas Soal ..................................................................... 47
3.6.3 Uji Indeks Kesukaran Soal ........................................................... 49
3.6.4 Daya Pembeda Soal ...................................................................... 49
3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 51
3.7.1 Analisis Data Awal....................................................................... 51
3.7.2 Analisis Data Akhir ...................................................................... 53
3.7.3 Uji Hipotesis ................................................................................. 54
3.7.4 Analisis Lembar Observasi dan Angket ....................................... 58
3.7.5 Uji normalitas Gain ..................................................................... 59
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 60
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 60
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 60
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir ........................................................... 61
4.2 Pembahasan .................................................................................. 80
5. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 97
5.1 Simpulan....................................................................................... 97
5.2 Saran ............................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................... 104
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Keterampilan Generik Sains dan Indikator .......................................... 2 5
3.1 Hasil Uji Homogenitas Populasi ............................................................ 40
3.2 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil.............. 41
3.3 Desain Penelitian .................................................................................... 42
3.4 Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal .......................................................... 49
3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ................................................................. 50
3.6 Pedoman Koefisien Korelasi Biserial (rb) .............................................. 55
3.7 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik ................................................. 58
4.1 Data Hasil Pretes .. ................................................................................ 61
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes .......................................................... 61
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes ...................................... 62
4.4 Data Hasil Postes ................................................................................... 62
4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes …...................................................... 63
4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes ….................................. 63
4.7 Hasil uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri data hasil Postes……....... 65
4.8 Hasil Uji Ketuntasan Belajar .................................................................. 66
4.9 Hasil analisis tiap aspek afektif kelas eksperimen ................................. 67
4.10 Hasil analisis tiap aspek afektif kelas kontrol ........................................ 68
4.11 Rerata Nilai Tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelompok
Eksperimen ............................................................................................. 71
4.12 Rerata Nilai Tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelompok
Eksperimen ............................................................................................. 72
4.13 Rerata Awal dan Akhir Keterampilan Generik antara Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ........................................................................... 79
4.14 Analisis Skor Pretes, Postes, % N-gain dan Taraf Pencapaian untuk
Keterampilan Generik Pengamatan ........................................................ 79
4.15 Analisis % N-gain dan taraf pencapaian untuk Keterampilan
Inferensi Logika pada Kelas Eksperimen antara Kelas Atas dan Kelas
Bawah .................................................................................................... 80
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Diagram Vee untuk Uji Keberadaan Unsur C dan H dalam
Senyawa Karbon ................................................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 37
4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal antara Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ................................................................................... 66
4.2 Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …................... 69
4.3 Penilaian Psikomotorik Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............... 73
4.4 Hasil Analisis Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia yang
Menggunakan Collaborative Learning Berbantuan Diagram Vee ….. 76
4.5 Rerata nilai pretes, postes, dan % N-gain keterampilan generik sains
dalam penguasaan konsep antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen ..................................................................................... 77
4.6 Rerata % N-gain Keterampilan Generik Pengamatan dan Inferensi
Logika Siswa pada Penguasaan Konsep antara Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ................................................................................. 78
4.7 Rerata Pretes, Postes, dan % N-gain Keterampilan Generik Siswa
pada Kelas Eksperimen ................................................................. 79
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ……………… 104
2. Silabus Kelas Eksperimen ………………………………………… 105
3. Silabus Kelas Kontrol ……………………………………………… 110
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ………... 114
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ……............... 139
6. Daftar Kelompok Siswa Kelas Eksperimen ……………………….. 162
7. Daftar Kelompok Siswa Kelas Kontrol ……………………………. 164
8. Kisi-kisi Soal Uji Coba …………………………………………….. 165
9. Soal Uji Coba ………………………………………………………. 169
10. Jawaban Soal Uji Coba ………..…………………………………… 175
11. Kisi-kisi Soal Pretes …………………………………………………. 180
12. Soal Pretes……………………….…………………………………… 182
13. Jawaban Soal Pretes …………………………………………………. 185
14. Kisi-kisi Soal Postes ………………………………………………… 188
15. Soal Postes …………………………………………………………… 190
16. Jawaban Soal Postes …………………………………………………. 192
17. Lembar Praktikum Siswa …………………………………………… 194
18. Diagram Vee Praktikum Senyawa Karbon ………………………….. 195
19. Jawaban Diagram Vee Praktikum Senyawa Karbon ……………….. 196
20. Diagram Vee Isomer Hidrokarbon …………………………………… 199
21. Jawaban Diagram Vee Isomer Hidrokarbon ………………………… 200
22. Pedoman Ranah Afektif ……………………………………………… 203
23. Lembar Observasi Afektif …………………………………………….. 205
24. Pedoman Ranah Psikomotorik ………………………………………. 206
25. Lembar Observasi Psikomotorik ………………………………… 208
26. Lembar Kuisioner ……………………………………………………… 210
27. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ……………………………………. 211
28. Analisis Validitas Soal ……………………………………………... 213
29. Analisis Reliabilitas Soal …………………………………………... 217
30. Analisis Taraf Kesukaran Soal …………………………………….. 217
31. Analisis Daya Pembeda Soal ………………………………………. 217
32. Uji Normalitas Data Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas
X………………………………………………………………. 219
33. Uji Homogenitas Data Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas
X ……………………………………………………………… 228
34. Data Nilai Pretes………………………………………………….. 229
35. Uji Normalitas Data Nilai Pretes ……………………..…………... 230
36. Uji Homogenitas Data Hasil Pretes …………………………………. 232
37. Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Pretes………………….. 233
38. Data Nilai Postes ……………………………………………….. 234
39. Uji Normalitas Data Nilai Postes …………………… …………... 235
40. Uji Homogenitas Data Nilai Postes ……………………………….. 237
41. Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes……………………….. 238
xiv
42. Analisis Pengaruh Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar ………. 239
43. Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Data Hasil Belajar ………… 241
44. Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak Kiri Data Hasil Belajar ……. 242
45. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa …………………………… 243
46. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif …………………..…………….. 244
47. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik ………………………….. 246
48. Rekapitulasi Hasil Analisis Lembar Angket Kelas X 5 (Kelas
Eksperimen) ………………………………………………………. 248
49. Uji Normalisasi Gain ………………………………………………. 249
50. KGS Pretes ………………………………………………………….. 251
51. KGS Postes …………………………………………………………. 253
52. Dokumentasi ……………………………………………………….. 255
53. Arsip surat ………………………………………………………….. 257
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan salah satu sub bidang ilmu pengetahuan alam (IPA)
yang diberikan kepada siswa SMA. Ilmu kimia mempelajari unsur, atom,
molekul, baik struktur maupun susunannya. Beberapa siswa di SMA Negeri 1
Gombong menganggap pelajaran kimia dianggap rumit, padahal sebenarnya
peristiwa kimia sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anggapan yang
sudah terpatri dalam diri siswa tersebut harus diubah dan diluruskan. Guru
mempunyai tugas untuk mengubah anggapan siswa bahwa materi pelajaran kimia
itu mudah dipahami. Guru dituntut mampu menyajikan pelajaran kimia dengan
metode yang menarik.
SMA Negeri 1 Gombong merupakan salah satu SMA di kabupaten
Kebumen yang mempunyai fasilitas penunjang cukup memadai seperti
perpustakaan, laboratorium, dan ruang multimedia. Laboratorium kimia yang ada
di sekolah tersebut belum digunakan secara maksimal. Guru lebih mementingkan
menyampaikan teori dibandingkan menggunakan laboratorium untuk melakukan
praktikum. Laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Gombong oleh beberapa guru
digunakan sebagai ruang kelas, sehingga guru tertentu terkadang tidak bisa
menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Guru setiap akan
praktikum hanya memberikan tugas untuk membaca prosedur kerja yang akan
dilaksanakan tanpa mendiskusikan terlebih dahulu di kelas. Metode pembelajaran
yang digunakan masih menggunakan metode konvensional atau ceramah. Guru
1
2
hanya menyampaikan teori sama persis dengan ada di buku kimia yang dimiliki
siswa. Pada metode ini terkadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal lain
karena siswa merasa semua materi yang disampaikan guru sudah ada di buku
yang mereka miliki dan mereka bisa mempelajarinya sendiri di rumah.
Menurut penuturan beberapa siswa dan guru di SMA Negeri 1 Gombong,
banyak faktor penyebab hasil belajar mereka rendah, antara lain: para siswa tidak
mampu berkonsentrasi, membuat kegaduhan, minat belajar berkurang, sebagian
besar siswa tidak menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru, dan
masih banyak kendala yang lain apalagi pada pelajaran kimia materi pokok
hidrokarbon yang hanya berupa teori saja. Siswa akan semakin bosan dan
menyepelekan materi tersebut. Guru pengampu pelajaran kimia di sekolah
tersebut menuturkan pada kenyataanya hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon tergolong rendah yang kemungkinan dikarenakan faktor metode
pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Collaborative learning berbantuan
diagram vee diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri
1 Gombong.
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok yang setiap
anggotanya aktif menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki, untuk bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Collaborative Learning
memungkinkan setiap siswa untuk memahami seluruh bagian pembahasan, tidak
seperti pada kelompok belajar yang kita kenal, yang menyebabkan hanya siswa
tertentu yang memahami materi tertentu. Metode ini juga membuat seluruh siswa
3
akan memiliki pemahaman yang setara akan pembahasan. Sebagai metode belajar,
Collaborative Learning dilandasi pemikiran bahwa kegiatan belajar di sekolah
hendaknya mendorong dan membantu siswa untuk terlibat secara aktif
membangun pengetahuan sehinnga mencapai pemahaman yang mendalam (deep
learning) (Sudarman, 2008).
Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling ketergantungan
yang begitu besar antar siswa dalam kelompok. Pembelajaran kolaboratif telah
menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang
bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan
aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan
kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Siswa dari hari ke hari belajar melakukan pemecahan masalah di dalam kelompok
kolaboratif juga belajar prinsip demokrasi melaui interaksi antar teman sebaya.
Kesimpulannya, bahwa belajar kolaboratif merupakan intensitas yang lebih tinggi
kadarnya daripada belajar kooperatif. Belajar kolaboratif tidak ada beda bentuk
maupun formulanya dengan belajar kooperatif, yang membedakan terletak pada
intensitas interaksi, isi kegiatan dan implikasi yang ditimbulkannya bagi setiap
anggota kelompok belajar yaitu adanya rasa saling ketergantungan dan
tanggungjawab yang ditopang oleh kemandirian dari setiap individu yang terlibat
dalam belajar melalui interaksi sosial. Semua sifat dan bentuk serta karakteristik
belajar kooperatif merupakan prakondisi belajar kolaboratif (Agustina, 2007).
Kesemua aktivitas yang dilakukan siswa selama ini dalam melakukan
pembelajaran di laboratorium kurang dilandasi oleh keterampilan pengamatan,
4
penguasaan metodologis, dan konseptual yang relevan dan memadai. Oleh karena
itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan diagram vee. Diagram vee
adalah suatu diagram visual berbentuk seperti “huruf V” yang mengandung
elemen konseptual dan metodologi percobaan. Pemanfaatan diagram vee sebagai
karakteristik metode pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini didasarkan
pada pengalaman empiris yang menunjukkan praktikum hidrokarbon ini masih
terbuai mencatat apa yang diamati tentang objek percobaan, mentransformasikan
dalam bentuk tabel, kemudian membuat klaim pengetahuan/ kesimpulan hasil
percobaan sesuai konsep, dilanjutkan pelaporan.
Menurut Haladyna dalam Sudarmin (2007) keterampilan atau skill adalah
kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja tertentu baik secara fisik
maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang kurang terlihat tetapi
dapat diduga melalui perilakunya. Keterampilan merupakan suatu keadaan
(kondisi) yang komplek yang dapat melibatkan pengetahuan dan performance
(Depdiknas, 2003).
Dalam pengembangan aspek proses sains, pengamatan diartikan sebagai
proses mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi diartikan
sebagai kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis
kepada suatu contoh yang lain (Suma, 2003). Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan yang penting dalam kegiatan proses sains. Oleh sebab itu pengamatan
langsung adalah pengamatan yang dilakukan ketika mengamati suatu obyek
dengan semua pancaindra. Inferensi logika adalah keterampilan generik sains
untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai akibat logis dari hukum-hukum
5
terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru. Dalam materi pokok
hidrokarbon, pengamatan dan inferensi logika dapat dikembangkan melalui
peristiwa identifikasi unsur C dan H dalam senyawa karbon. Brotosiswoyo (2001)
menyatakan sikap jujur dan kesadaran akan batas-batas ketelitian merupakan
aspek yang dikembangkan dalam kecakapan pengamatan dan kemampuan siswa
untuk merangkum berbagai pengertian dan konsep terdahulu adalah penting untuk
dilatih dalam upaya meningkatkan kemampuan inferensi logika.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan
metode collaborative learning yang menempatkan siswa sebagai pusat
pembelajaran dengan berbantuan diagram vee dalam melakukan pembelajaran di
laboratorium sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada
siswa. Peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan
Collaborative Learning berbantuan Diagram Vee terhadap Keterampilan Generik
Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa Kelas X pada Materi Hidrokarbon”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
1. Adakah pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap pembelajaran kimia pada siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
materi hidrokarbon?
2. Apakah penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon?
6
3. Bagaimana peningkatan penerapan collaborative learning berbantuan
diagram vee terhadap penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan
inferensi logika siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X pada materi
hidrokarbon?
4. Bagaimana tanggapan siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X terhadap
metode collaborative learning berbantuan diagram vee pada materi
hidrokarbon?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram
vee terhadap pembelajaran kimia siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon.
2. Mengetahui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X
pada materi hidrokarbon.
3. Mengetahui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap peningkatan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X pada materi hidrokarbon.
4. Mengetahui tanggapan siswa SMA Negeri 1 Gombong kelas X terhadap
metode collaborative learning berbantuan diagram vee pada materi
hidrokarbon.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat bagi :
1. Siswa, dapat meningkatkan motivasi, daya tarik terhadap mata pelajaran
kimia, menumbuhkan rasa kebersamaan, kerjasama, dan mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, keterampilan generik sains siswa dalam
pengamatan dan menyimpulkan suatu peristiwa kimia.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih
metode dan media pembelajaran yang sesuai, efektif dan efisien dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik
sains siswa.
3. Sekolah, dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran kimia yang lebih
baik.
4. Peneliti, untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam memilih
metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam praktek mengajar.
8
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan agar terjadi kesatuan pandangan dan
kesamaan penafsiran pada judul skripsi ini. Agar tidak terjadi kesalahfahaman
dalam menafsirkan istilah maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1.5.1 Collaborative Learning
Teori belajar kolaboratif menekankan pada proses pembelajaran yang
digerakkan oleh keterpaduan aktivitas bersama baik intelektual, sosial dan emosi
secara dinamis baik dari pihak siswa maupun pengajar (Zamroni, 2000:146)
Dalam penelitian ini, collaborative learning dilaksanakan dengan
membentuk dua jenis kelompok (focus group dan home group) dalam satu kelas
di mana semua siswa juga berpartisipasi dalam 2 kelompok tersebut. Focus group
yaitu kelompok belajar yang dilaksanakan di dalam kelas di mana anggota
kelompoknya dipilih secara acak berdasarkan keheterogenan kelas tersebut. Setiap
focus group diberikan sub-topik yang berbeda-beda untuk didiskusikan. Home
group yaitu kelompok belajar yang anggotanya merupakan gabungan dari anggota
tiap focus group. Di dalam home group anggota tiap focus group menyampaikan
hasil diskusinya.
1.5.2 Diagram Vee
Pemanfaatan diagram vee sebagai karakteristik metode pembelajaran yang
diterapkan pada penelitian ini didasarkan pada pengalaman empiris yang
menunjukkan pembelajaran praktikum hidrokarbon ini masih terbuai mencatat apa
yang diamati tentang objek percobaan, mentransformasikan dalam tabel,
kemudian membuat klaim pengetahuan/kesimpulan, dilanjutkan pelaporan.
9
Diagram vee pada penelitian ini digunakan sebagai alat evaluasi penguasaan
metodologis dan konseptual bagi siswa pada percobaan uji keberadaan unsur C
dan H dalam senyawa karbon dan isomer hidrokarbon menggunakan molymood..
Keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa dapat dilihat
dari hasil pengisisan sisi metodologis dalam diagram vee yaitu pada pengisisan
catatan dan transformasi untuk keterampilan generik sains pengamatan dan
pengisian klaim pengetahuan untuk mengetahui keterampilan generik sains
inferensi logika.
1.5.3 Keterampilan Generik Sains
Keterampilan generik sains yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa SMA Negeri 1
Gombong kelas X pada materi hidrokarbon. Keterampilan pengamatan selama
percobaan merupakan faktor penting dalam mempelajari kimia. Pengamatan hasil
reaksi, gejala atau fenomena alam yang dapat diamati secara langsung dengan
panca indera, tetapi ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung sehingga
dikenal kemampuan generik tidak langsung (Brotosiswoyo, 2001). Dalam
penelitian pengertian keterampilan generik sains pengamatan mengacu pada
pengamatan langsung maupun tidak langsung. Dalam pengembangan prses sains,
inferensi diartikan sebagai kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau
premis-premis ke pada suatu contoh yang lain (Suma, 2001).
10
1.5.4 Hidrokarbon
Menurut KTSP, pokok materi hidrokarbon merupakan pokok materi
pelajaran kimia SMA kelas X semester II. Materi yang dipelajari meliputi
kekhasan atom karbon, pengelompokkan senyawa hidrokarbon, keisomeran
hidrokarbon, dan reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kimia dan Permasalahannya
Kenneth D. Moore berpendapat bahwa mengajar adalah tindakan dari
seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam
berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Pandangan ini
didasari oleh sebuah paradigma bahwa sebuah keberhasilan mengajar bukan pada
seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru pada siswa, tetapi pada seberapa
besar siswa diberi kesempatan peluang untuk belajar dan memperoleh segala
sesuatu yang ingin diketahuinya. Guru hanya memfasilitasi siswanya untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya (Rosyada, 2007: 93). Sedangkan
pembelajaran didefinisikan sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari. Menurut aliran behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau
stimulus (Darsono, 2000:24).
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting di antara ilmu-ilmu yang
lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap
fenomena makro. Ilmu kimia merupakan ilmu terapan (aplikatif) sehingga sangat
membantu dan dibutuhkan manusia untuk membangun dan mensejahterakan
bangsa serta selalu memberikan kontribusi terhadap perkembangan sains dan
teknologi (Depdiknas, 2003).
11
12
Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yaitu
mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia
mengkhususkan pembahasannya pada struktur dan komposisi zat, perubahan
materi, dan energy yang menyertai perubahan tersebut (Liliasari, 1996). Struktur
zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat, seperti atom,
molekul, dan ion-ion bergabung satu sama lainnya membentuk suatu susunan
yang berukuran makro, sehingga dapat dilihat oleh mata kita. Zat yang terbentuk
dari gabungan antar partikel penyususn tersebut memiliki komposisi tertentu yang
diungkapkan dengan menggunakan symbol. Agar ilmu kimia dapat dipahami
secara utuh maka para kimiawan mengarahkan fenomena kimia pada tiga tingkat
representasi yang berbeda, yakni makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, yang
ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Berdasarkan karakteristik
yang dimiliki ilmu kimia, maka untuk dapat memahami konsep kimia secara utuh
seorang siswa harus memiliki kemampuan untuk menggabungkan keterkaitan
antara level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Jansoon, 2009).
Dalam proses pembelajaran biasanya siswa sulit untuk memahami konsepkonsep
kimia yang bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan guru
untuk menjelaskan materi kimia yang bersifat abstrak dan mikroskopik, sehingga
konsep yang disampaikan oleh guru hanya yang bersifat makroskopik dan
simbolik saja, dan akhirnya tanpa memahami terlebih dahulu pemahaman konsep
dan level mikroskopik (Dian Finatri, 2007). Sejumlah faktor dapat menyebabkan
rendahnya pemahaman siswa mengenai level mikroskopik ini. Menurut Opandi
(2006), faktor-faktor tersebut antara lain: (1) pembahasan level tersebut belum
13
mendapat perhatian dari guru karena lebih mengutamakan level makroskopik
(pengamatan dengan indra) dan level representasi (rumus, peramaan, grafik)
sehingga siswa dibiarkan mengembangkan imajinasi sendiri mengenai level
tersebut. (2) level mikroskopik menjadi bagian yang dipelajari siswa, namun caracara
pembahasannya masih terlalu abstrak sehingga siswa sulit untuk
memahaminya. Salah satu cara yang baik untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir yaitu keterampilan generik sains
pengamatan proses kimia pada tingkat mikroskopik dan makroskopik dan
keterampilan generik sains inferensi logika pada tingkat abstrak adalah
menggunakan percobaan di laboratorium dan memvisualisasikannya ke dalam
diagram vee.
2.2 Collaborative learning
Teori belajar kolaboratif dimotori oleh Bruffee (Zamroni, 2000: 156)
tumbuh dan berkembang atas kesadaran akan pentingnya pengembangan diri
pribadi siswa yang holistik, sehingga menuntut perubahan mendasar proses
pembelajaran yang konvensional didominasi oleh ceramah dengan pengajar
sebagai sumber tunggal dan siswa sebagai pendengar yang baik. Pembelajaran
kolaboratif menurut Totten et al (1991) bukan pendekatan yang baru, berbagai
variasinya sudah digunakan dalam kelas sejak awal tahun 1900-an dan kini
semakin menarik perhatian para ahli pendidikan, sejak munculnya bukti
keberhasilan bukan buah dari kemampuan individu tetapi justru dari paradigma
kesalingtergantungan (interdependence).
14
Konsep belajar kolaboratif menurut Duffy & Cunningham (1996) sejak
tahun 1990-an sudah mulai dikembangkan dan telah dikenal sebagai strategi
belajar kelompok untuk menjalin kerjasama dengan sasaran untuk mencapai
prestasi sebagai tujuan dan telah secara meluas diteliti dan telah didukung oleh
berbagai literature profesional. Falsafah dan teori sejumlah ahli seperti Dewey
(1916) telah menegaskan manfaat sosial dan proses kolaboratif dalam belajar.
Menurut Dewey dalam Agustina (2007) pendidikan adalah proses social dalam
mana melalui kelompok siswa memperoleh dan berbagi pengalaman baru yang
bermakna.
Istilah belajar kolaboratif (collaborative learning) mengacu kepada metode
pengajaran yang mana siswa dengan berbagai latar kemampuan bekerja bersamasama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan. Tiap-tiap siswa
saling bertanggungjawab atas belajar dengan teman-temannya sebagaimana ia
bertanggungjawab belajar untuk diri sendiri. Keberhasilan tiap individu
merupakan keberhasilan siswa lainnya dalam kelompok.
Mahnaz Moallem dalam Agustina (2007) mengidentifikasi 4 (empat) tipe
pentingnya kerjasama kolaboratif pemecahan masalah dalam kelompok yang
dirangkumkan dari beberapa penelitian antara lain:
15
1. Menumbuhkan tanggungjawab individu, karena diantara individu menyadari
akan adanya tugas-tugas bersama dalam kelompok (Johnson et al, 1991;
Slavin, 1995).
2. Meningkatkan komitmen pada kelompok dan tujuan-tujuan bersama dimana
anggota kelompok saling bantumembantu, saling membutuhkan,
memberikan umpan balik yang tepat, dan memberi dorongan untuk
pencapaian tujuan-tujuan bersama (Johnson, et al., 1991; Slavin, 1995).
3. Memperlancar interaksi antar individu dan antar kelompok di antara anggota
kelompok, yang memungkinkan tiap anggota menampilkan keterampilan
sosial dan kompetensi dalam berkomunikasi (Rubin, Rubin, & Johnson,
1997).
4. Memberikan stabilitas pada kelompok sehingga anggota kelompok dapat
bekerjasama dengan anggota lain dalam waktu yang cukup lama tapi tidak
melelahkan dan dapat membangun norma kelompok, penampilan tugas
bersama, dan pola-pola interaksi (McGrath, 1992).
Vygotsky dalam Moallem (2003) belajar juga merupakan sebuah konstruksi
sosial yang dibangun melalui bahasa dan diskursus sosial. Shaw (1996) juga
menunjukkan bahwa dalam pandangan sosial tentang belajar mengetahui
(knowing) ditegaskan, pengetahuan itu dikonstruksi karena dampak keterlibatan
dalam siklus perkembangan yang memfasilitasi perubahan konseptual siswa.
Hubungan sosial akan terjadi pada lingkungan belajar yang kolaboratif dengan
kerjasama serta adanya dialog aktif (Moore, 1991; Saba & Shearer, 1994).
Harasim (1989) melengkapi pandangan ini, dalam situasi demikian lingkungan
16
belajar akan tampil dalam beragam perspektif yang memberi kesempatan untuk
membentuk tahapan pengetahuan seperti seorang siswa saling bertukar informasi
dengan lainnya, dengan orang-orang sekitarnya dan dengan para ahli dalam
bidang itu (Moallem, 2003).
Dari berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa
belajar kolaboratif akan terjadi jika ada rasa saling tanggungjawab dan terbentuk
dalam suasana kerjasama di antara anggota-anggota dalam kerja kelompok atau
tim. Suasana kolaboratif merupakan esensi dari belajar kelompok,
keberhasilannya sangat tergantung dari kemampuan anggota kelompok dalam
membiasakan diri perilaku dalam kerja kelompok. Dari pandangan-pandangan
yang telah dipaparkan dapat dikatakan, bahwa belajar secara kolaboratif dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar. Belajar kolaboratif
merupakan suatu himpunan pendekatan untuk mendidik, yang terkadang juga
disebut sebagai belajar kooperatif atau belajar kelompok kecil. Belajar kolaboratif
menciptakan suasana yang melibatkan siswa mengerjakan sesuatu dan berpikir
tentang sesuatu yang ia kerjakan, dan mendorong yang lain untuk ikut terlibat.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar kolaboratif merupakan salah satu
strategi mengajar yang dapat diandalkan untuk dapat membuat proses
pembelajaran menjadi aktif dan efektif yang sekaligus dapat digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai dasar.
Pengajaran kolaboratif mempunyai 6 langkah utama menurut Arend dalam
Agustina (2007) yaitu:
1. penyampaian tujuan dan memotivasi siswa;
17
2. kedua, penyajian informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan
bacaan;
3. pengorganisasian siswa ke dalam kelompokkelompok belajar;
4. membimbing kelompok bekerja dan belajar;
5. evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya;
6. memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu.
2.3 Diagram Vee
Novak & Gowin dalam Roth & Bowen (1993) dinamakan diagram vee
karena diagram ini berbentuk huruf “V”. Pemanfaatan diagram vee pada
penelitian ini didasarkan pada pengalaman empiris yang menunjukkan
pembelajaran praktikum hidrokarbon masih terbuai mencatat apa yang diamati
tentang objek percobaan, mentransformasikan dalam bentuk tabel, kemudian
membuat klaim pengetahuan/ kesimpulan, dilanjutkan pelaporan. Namun kesemua
aktivitas yang dilakukan siswa tersebut kurang dilandasi oleh keterampilan
pengamatan, penguasaan metodologis, dan konseptual yang relevan dan memadai.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan diagram Vee
sebagai alat evaluasi penguasaan metodologis dan konseptual bagi siswa, selain
untuk mengembangkan keterampilan kerja laboratorium. Kegiatan praktikum
kimia juga untuk mengembangkan keterampilan generik sains pengamatan dan
inferensia logika bagi siswa yang dipaparkan pada Gambar 2.2. Tujuan percobaan
tersebut adalah siswa dapat mengidentifikasi adanya unsur C dan H dalam
sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Selain untuk mengembangkan kegiatan praktikum
18
untuk mengembangkan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika pada siswa.
Diagram vee dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menolong siswa
memahami dan menjelaskan kegiatan laboratorium, memahami hakekat sains, dan
bagaimana membangun suatu pengetahuan (Dahar, 1995). Suatu diagram vee menekankan
pada dua prosedural yaitu elemen konseptual dan metodologis yang mengarahkan
pada proses pembentukan pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan
senyawa karbon. Dahar (1995) menyatakan diagram vee dalam kegiatan
laboratorium bermanfaat untuk memahami konsep-konsep yang mendasari
kegiatan di laboratorium, menghubungkan hasil-hasil pengamatan dengan
pengetahuan teoritis, menyusun hasil-hasil pengamatan, dan mengaitkan konsepkonsep
yang dimiliki.
Contoh cara pembuatan diagram vee pada percobaan uji keberadaan unsur
C dan H dalam senyawa karbon:
1. Dimulai dengan menggambar V besar. Diagram vee dalam penelitian ini
sudah disediakan guru, sehingga siswa hanya mengisi bagian-bagian kolom
pada diagram vee yang masih kosong.
2. Merumuskan sebuah masalah atau ide untuk dipelajari dalam percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
3. Menghubungkan masalah atau ide dengan penelitian yang sudah ada (review
literatur), pengetahuan awal dan pengalaman. Menentukan adakah teori yang
akan digunakan.
19
4. Mendeskripsikan kejadian dan atau objek yang akan dipelajari (tempatkan di
ujung diagram V). Kejadian dan atau objek yang akan dipelajari ada 2, yaitu
pemanasan sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dan pemanasan campuran
sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dengan tembaga (II) oksida.
5. Mengembangkan pertanyaan penelitian yang memfokuskan tentang kejadian
dan atau objek yang dipelajari. Pertanyaan fokus dalam percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon sudah dituliskan guru.
6. Membuat daftar konsep yang perlu didefinisikan secara operasional untuk
penyelidikan. Untuk menentukan hal ini, perlu mereview pertanyaan
penelitian dan kejadian/objek untuk konsep – konsep ini. Konsep yang ditulis
siswa dalam diagram vee penelitian ini adalah pengertian senyawa
hidrokarbon dan reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon.
7. Membuat daftar instrumen pengumpulan data yang direncanakan digunakan
untuk merekam kejadian/objek yang dipelajari di bawah bagian catatan dari
diagram V. Bagian ini adalah fakta yang dikumpulkan dari kejadian/objek
yang diamati. Percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon adalah mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas kobalt
klorida dan air kapur akibat dari reaksi kimia pada senyawa karbon sukrosa,
galaktosa, dan fruktosa.
8. Memutuskan bagaimana informasi yang dikumpulkan akan ditransformasikan
dalam sebuah set data yang terorganisasi. Transformasi yang cocok untuk
percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon adalah dalam
bentuk tabel.
20
9. Praktikan melakukan kerja atau investigasi laboratorium untuk menguji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon sesuai dengan lembar
praktikum siswa yang telah diberikan peneliti pada pertemuan sebelumnya.
10. Langkah berikutnya adalah melengkapi data, menganalisis data dan
menampilkan dalam format yang terorganisasi sesuai hasil percobaan yang
sudah dilakukan.
11. Dengan mengunakan informasi dari tranformasi data, siswa menyusun klaim
pengetahuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pernyataan ini
interpretasi beralasan dari catatan atau tranformasi catatan yang diperoleh dari
penyelidikan yaitu reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
12. Menyusun klaim pengetahuan yang ditunjang dengan prinsip – prinsip dan
teori. Prinsip memberikan gambaran tentang bagaimana kejadian atau objek
seharusnya berlaku. Pada Gambar 2.2 dipaparkan komponen diagram vee
untuk percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon.
12
Gambar 2.1 Bagan diagram vee untuk uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
TEORI
PRINSIP
KONSEP
CATATAN
TRANSFORMASI
PERISTIWA DAN/ ATAU OBJEK
KLAIM PENGETAHUAN
PERTANYAAN FOKUS
Tindakan
KONSEPTUAL/ TEORITIS METODOLOGIS
(thinking) (doing)
TEORI
1. Bagaimana untuk memeriksa unsur C dan H
dalam sukrosa, glukosa, dan fruktosa
2. Bagaimana reaksi yang terjadi pada
pemeriksaan unsur C dan H dalam sukrosa,
glukosa, dan fruktosa
1. Pemanasan pada sukrosa, galaktosa, dan
fruktosa.
2. Pemanasan campuran sukrosa, galaktosa, dan
fruktosa dengan tembaga (II) oksida (CuO)
1. Kekhasan Atom Karbon
2. Kovalen pada Hidrokarbon
3. Reaksi-reaksi dalam senyawa
hidrokarbon
4.
Sukrosa, galaktosa, dan fruktosa mengandung
unsur C dan H, adanya C ditandai oleh
terbentuknya zat berwarna hitam (jelaga) dan gas
hasil pembakaran yang mengeruhkan air kapur
sedangkan adanya unsur H ditandai oleh uap air
yang dapat memerahkan kertas kobalt klorida.
1. Pembakaran yang sempurna pada senyawa
hidrokarbon dapat mengubah unsur C menjadi CO2
dan mengubah unsur H menjadi H2O.
2. Gas CO2 dapat dikenali dengan liebig air kapur.
3. H2O dapat dikenali dengan kertas kobalt klorida.
1. Senyawa Hidrokarbon
Senyawa karbon adalah senyawa karbon paling sederhana yang
terdiri dari aton C dan H.
2. Reaksi Kimia pada Senyawa Hidrokarbon
(Reaksi Pembakaran)
Reaksi pembakaran merupakan reaksi antara zat dengan oksigen.
Pada senyawa hidrokarbon, reaksi pembakaran akan menghasilkan
karbondioksida dan air.
1. Perubahan dalam tabung reaksi selama percobaan
yang berisi sukrosa, galaktosa, dan fruktosa dan
campuran.
2. Perubahan warna pada kertas kobalt klorida.
3. Perubahan pada air kapur kapur menjadi keruh
Percobaan Hasil pengamatan
1. Pemanasan sukrosa,
glukosa, dan fruktosa
a. Perubahan dalam
tabung reaksi
b. Perubahan warna
pada kertas kobalt
klorida
a. Bagian dalam dinding tabung tabung
reaksi terdapat air. Sukrosa, glukosa,
dan fruktosa mencair berwarna
kuning muda kemudian berwarna
hitam pada pemanasan lebih lanjut.
b. Kertas kobalt klorida yang semula
biru dalam keadaan kering berubah
menjadi merah muda dalam keadaan
basah.
2. Pemanasan pada campuran
sukrosa, glukosa, dan
fruktosa dengan CuO
a. Perubahan dalam
tabung reaksi
b. Perubahan pada air
kapur
a. Bagian dalam dinding tabung reaksi
terhadap air, sukrosa, glukosa, dan
fruktosa, mencair berwarna kuning
muda kemudian berubah menjadi hitam
pada pemanasan lebih lanjut.
b. Air kapur berubah menjadi keruh.
Jawaban:
a. Reaksi pada air kapur:
CO2(g) + Ca(OH)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O(l)
b. Reaksi pada kertas kobalt klorida:
H2O
CoCl2(s) CoCl2.6H2O(s)
TEORI
PRINSIP
KONSEP
PERISTIWA DAN/ ATAU OBJEK
PERTANYAAN FOKUS
KLAIM PENGETAHUAN
TRANSFORMASI
CATATAN
Tindakan
21
12
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka menunjukkan konstruksi
pengetahuan mengenai uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
dimulai dengan mengamati dan berpikir tentang kejadian dan objek-objek
berkaiatan reaksi kimia pada air kapur dan kertas kobalt klorida, sehingga
kejadian atau reaksi kimia tersebut ditempatkan di sudut V bagian bawah.
Pertanyaan kunci mengenai bagaimana memeriksa unsur C dan H dalam sukrosa,
glukosa, dan fruktosa ditempatkan diantara kedua sisi V yaitu sisi konseptual dan
metodologis. Pada sisi kiri terdapat sisi konseptual berkaitan teori kekhasan atom
karbon, kovalen pada hidrokarbon, dan reaksi-reaksi dalam senyawa hidrokarbon,
prinsip menjelaskan percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon dan konsep mengenai senyawa hidrokarbon dan reaksi pembakaran pada
senyawa hidrokarbon.
Selanjutnya, di sisi kanan ditempatkan rekaman (record) pengamatan
perubahan warna dan air kapur dalam tabung reaksi yang berisi sukrosa, glukosa,
dan fruktosa, serta transformasi yang menghubungkan kesesuaian prinsip atau
konsep terhadap data reaksi-reaksi senyawa karbon. Disisi kanan juga
ditempatkan klaim pengetahuan serta nilai yang dibuat sebagai hasil kegiatan
percobaan laboratorium mengenai uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon. Pada penelitian ini pemanfaatan diagram vee sebagai alat evaluasi dan
lembar pengamatan pendamping untuk kegiatan percobaan uji keberadaan unsur C
dan H dalam senyawa karbon dan isomer hidrokarbon. Pada penelitian ini,
sebelum melakukan percobaan setiap siswa dilakukan pretes mennggunakan
2129
13
format soal diagram vee untuk mengukur penguasaan sisi metodologis dan
konseptual mereka mengenai percobaan kimia yang akan dilakukan.
Pemanfaatan diagram vee dalam penelitian ini yaitu: pertama, sebelum
melakukan percobaan siswa mengisi terlebih dahulu sisi konseptual atau teoritis
pada diagram vee meliputi teori, prinsip, konsep, dan peristiwa atau objek selama
15 menit. Kedua, siswa melakukan percobaan dan menuliskan hasil pengamatan
yang terjadi pada saat percobaan ke dalam kolom catatan dan
mentransformasikannya ke dalam kolom transformasi dalam diagram vee. Setelah
percobaan selesai siswa menuliskan klaim pengetahuan hasil percobaan
dihubungkan dengan teori atau konsep yang mereka tulis pada sisi konseptual atau
teoritis dalam diagram vee. Pertemuan selanjutnya guru membahas hasil
percobaan yang mereka lakukan dan mereka tulis dalam diagram vee mulai dari
sisi konseptual sampai sisi metodologis. Pada kolom transformasi yang
merupakan transformasi dari hasil pengamatan yang mereka lakukan kebanyakan
siswa sudah tepat dalam mengamati, akan tetapi pada kolom klaim pengetahuan
banyak siswa yang kurang tepat dalam membuat klaim pengetahuan arena
dibutuhkan keterampilangenerik inferensi logika yang baik agar dalam membuat
klaim pengetahuan tepat sesuai hasil percobaan dan konsep atau teori.
23
14
2.4 Keterampilan Generik Sains
Keterampilan generik sains dikenal dengan sebutan keterampilan inti,
keterampilan esensial, dan keterampilan dasar (Mehralizadeh, 2008), serta
merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam pekerjaan (Green, 2009).
Keterampilan ini digunakan untuk menerapkan pengetahuan yang dapat melintasi
semua bidang pekerjaan pada arah horizontal dan melintasi segala tindakan mulai
tingkat pemula sampai manager eksekutif pada arah vertikal (Kamsah, 2004).
Beberapa penelitian yang mengungkap pengembangan keterampilan generik
sains telah ditunjukkan di beberapa institusi. Pengembangan keterampilan generik
sains membutuhkan kondisi pengajaran yang difokuskan pada proses dan
berpusat pada aktivitas siswa daripada konten subyek (Suyanti, 2006; Sudarmin,
2007).
Haladyna dalam (Sudarmin, 2007) menyatakan keterampilan atau skill
adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja tertentu baik
secara fisik maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang kurang
terlihat tetapi dapat diduga melalui perilakunya, keterampilan merupakan suatu
keadaan (kondisi) yang komplek yang dapat melibatkan pengetahuan dan
performance (Depdiknas, 2003). Tabel 2.1 menampilkan keterampilan generik
sains sains dan indikatornya (Sudarmin: 2007).
24
15
Tabel 2.1. Keterampilan Generik Sains dan Indikator
No Keterampilan generik sains Indikator
1. Pengamatan Langsung dan
Tak Langsung
a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati
percobaan/ fenomena alam
b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan kimia atau
fenomena alam
c. Mencari perbedaan atau persamaan
d. Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam
mengamati percobaan kimia atau gejala alam
2. Kesadaran tentang skala Menyadari obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi
terhadap skala mikroskopis sataupun makroskopis
3. Bahasa simbolik a. Memahami simbol, lambang, dan istilah ilmu kimia
b. Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari suatu
persamaan reaksi
c. Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan
masalah kimia/ fenomena gejala alam
d. Membaca suatu grafik/ diagram/ tabel/ tanda matematis
dalam ilmu kimia
4. Logika frame a. Menemukan pola keteraturan fenomena alam/ peristiwa
kimia
b. Menemukan perbedaan atau mengontraskan cirri/ sifat fisik
dan kimia suatu senyawa kimia
c. Mengungkapkan dasar penggolongan atas suatu obyek atau
peristiwa kimia
5. Konsistensi logis a. Menarik kesimpulan secara induktif setelah percobaan/
pengamatan
b. Mencari keteraturan sifat kimia/ fisika setelah percobaan/
pengamatan
6. Hukum sebab akibat a. Menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih dalam
suatu gejala alam/ reaksi kimia tertentu
b. Memperkirakan penyebab atau gejala alam/ peristiwa kimia
7. Pemodelan a. Mengungkapkan gejala alam/ reaksi kimia dengan sketsa
gambar/ grafik
b. Memakai arti fisik/ kimia suatu sketsa gambar suatu
fenomena alam dalam bentuk rumus
8. Inferensi logika a. Mengajukan prediksi gejala alam/ peristiwa kimia yang
belum terjadi berdasar fakta/ hukum terdahulu
b. Menarik kesimpulan dari suatu gejala/ peristiwa kimia
berdasarkan aturan/ hukum-hukum kimia terdahulu
9. Abstraksi a. Menggambarkan dan menganalogikan konsep atau peristiwa
kimia abstrak kedalam bentuk kehidupan nyata sehari-hari
b. Membuat visual simulasi ainteraktif dari peristiwa
mikroskopik yang bersifat abstrak
25
16
Pada penelitian ini pengertian keterampilan generik sains yang dimaksud
adalah keterampilan generik sains sains yang dikemukakan Brotosiswojo (2001).
Pada penelitian ini keterampilan generik sains sains yang akan dikembangkan
pada siswa SMA melalui konsep hidrokarbon adalah keterampilan generik sains
pengamatan dan inferensi logika. Beberapa jenis keterampialn generik yang akan
dikembangkan melaui kondsep-konsep hidrokarbon akan dijelaskan sebagai
berikut.
Pengamatan ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena alam
atau peristiwa dengan menggunakan panca indera atau alat bantu panca indera
(Dahar,1985). Pengamatan langsung adalah mengamati objek secara langsung
melalui panca indera. Pengamatan langsung dapat diperoleh melaui kejadian
sehari-hari dan atau terjadi pada saat melakukan percobaan. Dahar (1996)
menyatakan hasil-hasil pengamatan tidak berguna, jika tidak ditafsirkan, karena
itu dari mengamati ini siswa harus memiliki keterampilan mencatat setiap
pengamatan secara terpisah kemudian menghubungkan hasil-hasil pengamatan
sehingga ditemukan pola-pola tertentu dalam suatu percobaan. Kemampuan
menemukan pla-pola pengamatan ini merupakan landasan utama untuk
menyarankan kesimpulan atau generalisasi. Kemampuan untuk menemukan polapola
ini merupakan keterampilan generik sains yang perlu dikembangkan pada
siswa.
Selanjutnya menurut Dahar (1985), keterampilan dalam mengamati dapat
meliputi mengenal nama golongan senyawa dari obyek yang diamati, mengenal
sifat obyek, warna, bentuk, ukuran, bau, rasa, tekstur, termasuk membandingkan
26
17
secara kualitatif obyek atau sifat, mengenal dan menggambarkan hasil suatu
interaksi, menggunakan instrument sederhana sebagai alat bantu indera, mengenal
dan menggambarkan sifat yang tampak (observable) dari fenomena dan peristiwa.
Keterampilan generik sains pengamatan langsung dapat ditumbuhkan pada siswa
melalui serangkaian pengamatan percobaan praktikum hidrokarbon seperti
menguji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon. Pada pembelajaran
identifikasi atom C dan H ini keterampilan pengamatan langsung dapat berupa
mengamati warna pada kertas kobalt dan larutan Ca(OH)2.
Matematika merupakan bahasa hukum alam yang ampuh. Berdasarkan
ungkapan-ungkapan hukum alam dalam bentuk matematika ilmuwan dapat
menggali konsekuensi-konsekuaensi logis semata-mata lewat inferensi logika
(Suma, 2003). Hasil-hasil inferensi logika dapat dibuktikan secara meyakinkan
melalui percobaan-percobaan. Lawson (1998) menyatakan keterampilan generik
sains inferensi logika dapat dilatihkan melalui kegiatan berfikir menyimpulkan
dari data yang diberikan atau pada suatu contoh yang lain.
Dalam pengembangan aspek proses sains, inferensi diartikan sebagai
kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis kepada suatu
contoh yang lain (Suma, 2003). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang
penting dalam kegiatan proses sains. Oleh sebab itu inferensi logika adalah
keterampilan generik sains untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai
akibat logis dari hukum-hukum terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru.
Dalam hidrokarbon inferensi logika dapat dikembangkan melalui topik-topik
berkaitan peristiwa uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon,
27
18
misalnya jika suatu larutan Ca(OH)2 akan keruh setelah dialiri gas CO2 dan kertas
kobalt akan berubah warna dari biru menjadi merah muda karena H2O.
Brotosiswoyo (2001) menyatakan kemampuan siswa untuk merangkum berbagai
pengertian dan konsep terdahulu adalah penting untuk dilatih dalam upaya
meningkatkan kemampuan inferensi logika.
Keterampilan inferensi logika dari siswa dapat dikembangkan diantaranya
melalui kegiatan berfikir jika….,maka….untuk menyimpulkan hasil pengamatan
suatu percobaan hidrokarbon. Keterampilan inferensi logika diperlukan siswa,
ketika mereka merumuskan hasil percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam
senyawa karbon.
2.5 Materi Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan salah satu pokok materi yang harus dipelajari oleh
siswa kelas X semester II. Standar kompetensi dalam penelitian ini adalah sifatsifat
senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul.
Dengan 2 kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam
membentuk senyawa hidrokarbon dan menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan
strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa. Materi yang dipelajari dalam
pokok materi ini terdiri dari 3 sub pokok materi yaitu unsur karbon dalam
senyawa karbon, senyawa hidrokarbon, dan keisomeran hidrokarbon.
Hidrokarbon perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.
Peran hidrokarbon cukup luas terutama sebagai sumber energi untuk industri,
rumah tangga, dan transportasi, serta sebagai bahan baku untuk produk pertanian,
kesehatan, kosmetik, dan materi baru, seperti plastik. (Johari: 2004)
28
19
Pada awalnya, para ahli kimia organik menganggap bahwa senyawa organik
hanya dapat dihasilkan dari makhluk hidup. Akan tetapi, di tahun 1827 ilmuwan
Jerman Fiederic Wohler secara tidak sengaja berhasil mensintesis senyaw
aorganik, yakni urea (NH2)2CO dari senyawa anorganik AgOCN dan NH4Cl.
Selanjutnya para ahli menemukan bahwa senyawa organik selalu mengandung
atom karbon (C) da samping dapat mengandung atom lain seperti hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S), fosfor (P), halogen dan beberapa atom
logam. Oleh karenanya senyawa organik disebut juga senyawa karbon.
Berikut dijelaskan mengenai cakupan dari kimia karbon:
1. Karakteristik Atom Karbon
Atom C dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang kuat dengan atom-atom C
lainnya; dan pada saat bersamaan atom C juga dapat berikatan secara kuat dengan
atom-atom non-logam lainnya.
2. Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana.
Dari namanya, kita dapat mngetahui bahwa hidrokarbon hanya terdiri dari atom
karbon (C) dan hydrogen (H). Secara umum, hidrokarbon digolongkan menjadi
tiga, yakni hidrokarbon alifatik, hidrokarbon alisiklik, dan hidrokarbon aromatik.
Hidrokarbon alifatik mempunyai rantai terbuka (lurus atau bercabang), sedangkan
hidrokarbon alisiklik dan hidrokarbon aromatic mempunyai rantai tertutup.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom C dalam rantai karbon, hidrokarbon
juga dapat dibedakan menjadi hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.
29
20
Hidrokarbon jenuh hanya memiliki ikatan tnggal, sedangkan hidrokarbon tak
jenuh memiliki setidaknya 1 ikatan rangkap.
3. Keisomeran Hidrokarbon
Senyawa anorganik seperti garam dapur dapat dikenali melalui rumus
kimianya. Dengan kata lain, hanya ada satu senyawa garam dapur dengan rumus
kimia NaCl yang memiliki sifat karakteristik. Hal ini berbeda dengan senyawa
organik atau senyawa karbon. Sebagian besar senyawa karbon tidak dapat
ditentukan dari rumus kimianya (rumus molekul), tetapi harus dari rumus
strukturnya.
Normal pentana
30
21
4. Uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon
Keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dapat ditunjukkan
dengan membakar senyawa tersebut. Pembakaran tidak sempurna terhadap
senyawa karbon akan menghsilkan zat sisa berupa arang (karbon), gas CO2 dan
H2O. keberadaan atom C dalam CO2 dapat dikenali dengan mengalirkan gas CO2
ke dalam air kapur (Ca(OH)2) yang akan mengeruhkan air kapur. Sedangakan
keberadaan H dalam H2O dapat dikenali dengan kertas cobalt (II) klorida yang
akan berubah dari warna biru menjadi warna merah muda.
CO2(g) + Ca(OH)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O(l)
CoCl2 (s) CoCl2.6H2O(s)
Senyawa karbon dibedakan atas senyawa karbon organik, yaitu senyawa
karbon yang dapat disintesis oleh makhluk hidup dan senyawa anorganik, yaiu
senyawa karbon yang dapat disintesis di luar tubuh makhluk hidup.
2.6 Penelitian yang Mendukung
Usaha-usaha pendidikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains
pengamatan dan inferensi logika siswa dapat dilakukan dengan menerapkan
collaborative learning berbantuan diagram vee. Penelitian tentang hal ini sudah
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan Sanyasa
tentang metode pembelajaran kolaboratif berhasil meningkatkan kemandirian dan
kemampuan belajar mahasiswa. Santyasa (2007) mengemukakan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kolaboratif terbukti meningkatkan
kemandiriian mahasiswa dan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi serta
beraktivitas. Hal ini dapat memberikan beberapa implikasi untuk membuat para
H2O
31
22
mahasiswa lebih mandiri dan aktif dengan belajar bersama dimana mereka saling
memberi masukan . Dengan demikian diharapkan umpan balik dari sesama siswa
(peer-response) akan lebih cepat diterima siswa yang bersangkutan dan
selanjutnya perbaikan karya tulis akan lebih cepat dilakukan dengan tetap di
bawah bimbingan pengajar.
Agustina (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kolaboratif dengan
Pendekatan Pemecahan Masalah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kolaboratif dengan pendekatan pemecahan masalah pada mata
kuliah teori akuntansi sangat efektif dalam meningkatkan prestasai belajar
mahasiswa. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang menunjukkaan adanya perbedaan
yang signifikan antara kelas yang memperoleh pembelajaran kolaboratif dengan
pendekatan pemecahan masalah dengan kelas yang tidak memperolehnya.
Sudarman (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode
Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah
Metodologi Penelitian”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model collaborative
learning memiliki kontribusi yang lebih tinggi dalam meningkatkan perolehan
belajar daripada pembelajaran konvensional.
Purtadi (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Metode Belajar
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Berbantuan Diagram V (Vee) dalam
Pembelajaran Kimia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagram V dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengorganisaikan kegiatan PBL di kelas terutama
yang melibatkan praktikum. Diagram ini dapat mengungkapkan apa yang sudah
32
23
dimiliki praktikan sebelum melakukan praktikum, apa yang mereka peroleh
selama praktikum, apa yang dapat mereka lakukan dengan data yang diperoleh,
dan pengetahuan apa yang dapat disimpulkan dari proses laboratorium.
Sujanem (1998) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Model
Belajar Heuristic Vee dengan Peta Konsep dalam Pembelajran Fisika di SMU”.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1) Model belajar heuristic vee dengan
peta konsep yang diterapkan memiliki keunggulan komparatif yang signifikan
terhadap model belajar konvensionel dalam meningkatkan hasil belajar fisika san
dapat merubah miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah, 2) Model belajar
heuristic vee dengan peta konsep dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menjelaskan pemahaman konsep dalam peta konsep dan mengintegrasikan
konstruksi pengetahuannya di laboratorium dengan konstruksi selama kehidupan
mereka sehari-hari.
Penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan generik sains
telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Hartono (2006) meneliti tentang
pembelajaran fisika modern untuk calon guru, difokuskan pada pengembangan
kemampuan generik dan penguasaan materi. Kemampuan generik yang
dikembangkan antara lain kesadaran akan skala, inferensi logika, bahasa simbolik,
sebab akibat, dan pemodelan matematik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
model pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan generik dapat diterapkan
baik pada mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun rendah.
Liliasari dan Widodo (2008) melakukan penelitian pendidikan sains dengan
metode R dan D untuk mengembangkan berpikir sains siswa SMP, SMA, dan
33
24
mahasiswa calon guru. Dalam penelitian tersebut dikembangkan keterampilan
generik sains sains untuk jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu siswa SMP,
siswa SMA, dan mahasiswa calon guru fisika, melalui topik-topik reproduksi
hewan (biologi), tekanan osmotik larutan (kimia), dan elastisitas (fisika) melaui
pembelajaran berbasis teknologi informasi. Tujuh kemampuan berpikir sains
(pengamatan langsung, bahasa simbolik, hukum sebab akibat, kesadaran akan
skala besaran, pemodelan matematis, inferensi logika, dan membangun konsep)
telah berhasil dikembangkan melaui 3 topik sains di atas. Ketiga topik tersebut
mengandung 41 konsep esensial. Implementasi model pembelajaran tersebut pada
44 siswa SMP N di Cimahi, 30 siswa sma swasta bersubsidi di bandung, dan 35
mahasiswa LPTK negeri di Mataram (NTB) menunjukkan bahwa kemampuan
generik sains yang paling baik dikuasai adlaah pengamatan tak langsung,
membangun konsep, dan hubungan sebab-akibat. Keterampilan generik sains
sains yang sukar dikuasai adalah pemodelan matematik dan inferensi logika.
Pujani (2011) melakukan studi menggunakan R & D dilakukan untuk
menghasilkan sebuah program pembelajaran keterampialn laboratorium ipba
berbasis kemampuan generik sains untuk calon guru (PPKL-BKGS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PPKL-BKGS: mengembangkan keterampialn
laboratorium IPBA; meningkatkan kemampuan generik sains; meningkatkan
capaian penguasaan materi ajar IPBA; menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja
keras, menghargai pendapat, ketekunan, kerjasama, dan antusias selama
pembelajaran.
34
25
Hernani (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pembekalan
Keterampilan generik sains bagi Calon Guru Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah yang Mengintegrasikan Perkuliahan dan Praktikum Kimia Analitik”,
dilaksanakan untuk menghasilkan program pembelajaran yang dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan generik sains bagi siswa calon guru
kimia. Hasil implementasi program menunjukkan keterampilan generik sains yang
berkembang meliputi inferensi logika, membangun konsep, berkomunikasi ilmiah,
dan berpikir kritis.
Sudarmin (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan generik sains Sains
(MPKOKG) bagi Calon Guru Kimia”. Hasil penelitian menunjukkan penerapan
model pembelajaran mampu meningkatkan penguasaan keterampilan generik
sains sains calon guru kimia dengan taraf pencapaian tinggi dan sedang.
Keterampilan generik sains pemodelan memiliki taraf pencapaian lebih tinggi
dibandingkan keterampilan generik sains lainnya. Mahasiswa kelompok prestasi
tinggi memiliki penguasaan keterampilan generik sains konsistensi logis,
pengamatan langsung dan tak langsung, abstraksi, bahasa simbolik, kesadaran
tentang skala serta logical frame lebih baik dibandingkan kelompok prestasi
rendah.
35
26
2.7 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam 2 (dua) kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada prinsipnya, kedua
kelompok baik eksperimen maupun kontrol melalui tiga tahap yang sama, yaitu
pretest, pembelajaran, dan post-test. Pretest digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep dan metodologi materi
pokok hidrokarbon sebelum dilakukan pembelajaran. Perbedaan yang mendasar
dari kedua kelompok yaitu perlakuan yang diberikan pada saat pembelajaran
berlangsung. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan
collaborative learning berbantuan diagram vee. Sedangkan pada kelompok
kontrol diberikan pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah
tanpa bernatuan diagram vee.
36
27
Secara ringkas gambaran penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3. Kerangka berpikir
37
Pembelajaran Kimia Materi
Pokok Hidrokarbon
Pengetahuan
(Kognitif)
Afektif
Keterampilan Berfikir
(Psikomotorik)
Keterampilan Generik Sains
(Pengamatan dan Inferensi Logika)
Hasil Belajar Kimia
(Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
Collaborative learning
berbantuan diagram vee
Pembelajaran Konvensional
dengan Bahan Ajar Buku Teks
Kimia
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jika model collaborative learning berbantuan diagram vee maka berpengaruh terhadap hasil
belajar dan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa
Ada pengaruh model collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap hasil belajar dan keterampilan generik sains pengamatan
dan inferensi logika
Hasil Belajar Kimia Rendah
Materi Kimia Hidrokarbon
(simbolik, abstrak, mikroskopik,
dan makroskopik)
Pilar Karakter
(Tanggung jawab, Kejujuran,
Percaya diri, Kreatif, Toleransi)
28
2.8 Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho = penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee tidah berpengaruh
untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik pengamatan dan
inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon
Ha = penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee berpengaruh
untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan generik pengamatan dan
inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon
38
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester II SMA
Negeri 1 Gombong tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 285 siswa dan terdiri
dari 9 kelas yaitu X-1 sampai kelas X-9. Rinciannya kelas X-1, X-2, X-3, X-4, X-
6, dan X-7 masing-masing 32 siswa dan X-5, X-8, dan X-9 masing-masing 31
siswa.
3.1.1.1 Analisis Data Tahap Awal (Data Populasi)
Analisis data tahap awal dilakukan untuk menguji keadaan awal kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal
diambil dari nilai kimia hasil Ujian Akhir Semester Ganjil kelas X SMA Negeri 1
Gombong.
3.1.1.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas populasi dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Dari hasil analisis diperoleh χ2
hitung untuk setiap data kurang dari χ2
tabel
dengan dk = 8 dan α = 5 %, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada lampiran
30.
39
40
3.1.1.3 Uji Homogenitas Populasi
Hasil analisis data nilai Ujian Akhir Semester Ganjil membuktikan bahwa
data antar kelas mempunyai varians yang sama (homogen), karena χ2
hitung
kurang
dari χ2
Tabel, dengan dk = 8 dan α = 5 % (Tabel 3.4). Perhitungan uji homogenitas
populasi dapat dilihat pada lampiran 31.
Tabel 3.1 Hasil Uji Homogenitas Populasi
Data χ2
hitung χ2
Tabel Kriteria
Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil 8,495 16,92 Homogen
3.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Data yang
digunakan untuk penentuan teknik sampling adalah nilai Ujian Akhir Semester
Ganjil kelas X SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Data
kesembilan kelas anggota populasi berdistribusi normal karena χ2
hit < χ2
Tabel (lihat
Tabel 3.2). Dari analisis data, diperoleh χ2
hitung
= 3,77 dan χ2
Tabel = 7,81. Karena
χ2
hitung
< χ2
Tabel, maka data antar kelas mempunyai varians yang sama (homogen).
Pada analisis data awal juga diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,84 dan FTabel sebesar
1,97. Karena Fhitungperbedaan keadaan awal dari kesembilant kelas anggota populasi tersebut).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
cluster random sampling, karena telah memenuhi syarat populasi tersebut
berdistribusi normal dan kelas-kelas dalam populasi tersebut homogen, didukung
dengan adanya kesamaan rata-rata populasi. Dengan teknik cluster random
sampling diambil dua kelas secara acak dari populasi dengan cara pengundian.
Selanjutnya, dari hasil pengundian diperoleh kelas X 5 bertindak sebagai kelas
35
41
eksperimen (collaborative learning berbantuan diagram vee) dan kelas X 7
sebagai kelas kontrol (pembelajaran konvensional).
Tabel 3.2 Data Hasil Uji Normalitas Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil
Kelas X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9
χ2
hit 3,07 2,45 2,29 6,61 6,85 3,79 2,45 3,51 2,87
χ2
Tabel 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81 7,81
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini variable yang digunakan yaitu:
3.2.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian collaborative
learning berbantuan diagram vee materi hidrokarbon pada kelas
eksperimen.
3.2.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika materi pokok Hidrokarbon siswa kelas X SMA
Negeri 1 Gombong yang dinyatakan dengan nilai tes keterampilan generik siswa
yang dinyatakan dengan nilai hasil pengisian diagram vee percobaan uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer
hidrokarbon dengan molymood. Penguasaan konsep atau hasil belajar yang
dinyatakan dari soal-soal keterampilan generik sains.
42
3.3 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Desain Penelitian
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 Y T2
Keterangan:
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan Collaborative Learning
berbantuan diagram vee
Y : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional
T1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre test
T2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pos test
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa
yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai
ulangan harian SMA N 1 Gombong kelas X semester I pelajaran kimia yang akan
digunakan untuk uji normalitas data awal, uji homogenitas data awal dan analisis
varian.
3.4.2 Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan ranah afektif dan psikomotorik siswa dilakukan dengan membuat
lembar pengamatan. Kemampuan afektif siswa diamati setiap pembelajaran dan
kemampuan psikomotorik siswa diamati ketika siswa melakukan percobaan uji
keberadaan unsure C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer
hidrokarbon menggunakan molymood. Dalam lembar pengamatan ini
43
dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengamati
kemampuan siswa dari ranah afektif dan psikomotorik selama pembelajaran.
Observasi dilakukan oleh pengamat sebanyak 3 orang yang mengamati selama
pembelajaran berlangsung.
3.4.3 Metode Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika siswa dan penguasaan konsep atau hasil belajar
siswa materi hidrokarbon dari siswa yang menjadi sampel penelitian ini. Tes
dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran materi hidrokarbon pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Soal tes yang diberikan tersebut telah
diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba. Soal yang telah dianalisis dan
dinyatakan valid dan signifikan perbedaannya itulah yang diberikan sebagai soal
evaluasi pada kedua kelas sampel. Soal yang digunakan dalam pretes dan postes
merupakan soal konsep hidrokarbon yang masing-masing terdapat indikator
keterampilan generik sains. Pada kelas eksperimen selain soal konsep juga
diberikan diagram vee yang harus mereka isi pada percobaan uji keberadaan
unsure C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer hidrokarbon
menggunakan molymood.
3.4.4 Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan
sikap setelah dilakukan pembelajaran dengan collaborative learning berbantuan
diagram vee yang diberikan pada siswa diakhir seluruh pertemuan kegiatan
pembelajaran. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran,
44
bahwa pembelajaran berjalan menarik dan menyenangkan sesuai dengan tujuan
dari pembelajaran.
3.5 Metode Penyusunan Instrumen
Sebelum alat pengumpulan data yang berupa tes uraian digunakan untuk
pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hasil uji coba dianalisis
untuk mengetahui apakah memenuhi syarat sebagai alat pengambil data atau
tidak.
Instrumen yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
(1) Lembar penilaian afektif dan psikomotorik
(2) Soal pretes
(3) Soal postes;
(4) Diagram vee
Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
(1) Silabus
(2) Rencana pembelajaran
(3) Bahan ajar
3.5.1 Materi dan Bentuk Tes
Materi tes adalah soal-soal yang terdapat pada materi pokok hidrokarbon.
Untuk mengetahui sejauh mana keterampilan generik dan hasil belajar siswa maka
bentuk tes yang cocok untuk digunakan adalah soal uraian yang masing-masing
butir soal terdapat indikator keterampilan generik sains.
45
3.5.2 Metode Penyusunan Instrumen Uji Coba
Langkah-langkah penyusunan instrumen uji coba adalah sebagai berikut:
(1) Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan instrumen
dengan kurikulum. Dalam hal ini adalah materi bidang studi kimia
materi pokok hidrokarbon;
(2) Menyusun instrumen penelitian yaitu lembar observasi kerja ilmiah,
angket tanggapan siswa, dan soal pretes dan postes untuk keterampilan
generik;
(3) Merancang soal uji coba;
(4) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.
Jumlah butir soal yang diujicobakan adalah 15 soal isian dengan alokasi
waktu untuk mengerjakan soal uji coba ini adalah 45 menit;
(5) Menentukan tipe atau bentuk tes. Dalam penelitian ini tipe tes yang
digunakan berbentuk soal isian dengan alasan untuk mengetahui
keterampilan generik siswa;
(6) Menyusun soal pretes dan postes.
Soal pretes dan postes disusun setelah dilakukan analisis uji coba butirbutir
soal. Kisi-kisi soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11
dan 14.
(7) Menyusun diagram vee untuk mengetahui keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika siswa dalam melakukan percobaan.
46
(8) Angket tanggapan siswa.
Angket tanggapan siswa ini disusun untuk mengetahui tingkat
kesenangan siswa terhadap collaborative learning berbantuan diagram
vee pada materi pokok hidrokarbon.
3.5.3 Pelaksanaan Tes Uji Coba
Setelah perangkat instrumen tersusun,kemudian diuji cobakan pada kelas uji
coba yaitu kelas XI SMA N 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012 untuk diuji
apakah butir-butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat
digunakan.
3.6 Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum soal tes digunakan,maka diadakan uji instrumen soal tes terlebih
dahulu yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
3.6.1 Validitas Soal
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas : (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran ; (2) bahan ajar; (3) lembar angket ; (4) soal pretes dan postes.
Pengujian instrumen nomor 1, 2, dan 3 dengan expert validity yaitu validitas yang
disesuaikan dengan kurikulum dan dikonsultasikan kepada ahli ; yaitu dosen
pembimbing I, dosen pembimbing II, dan guru.
Analisis validitas internal terhadap keterampilan generik dilakukan dengan
rumus korelasi Produk Momen dari Pearson (rxy), rumusnya sebagai berikut:
(Zaenal Arifin, 2009)
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
47
X : nilai rerata soal tes pertama perorangan
ΣX : jumlah nilai X
ΣX2 : jumlah kuadrat nilai X
Y : jumlah rerata soal tes kedua perorangan
ΣY : jumlah nilai Y
ΣY2 : jumlah kuadrat nilai Y
XY : perkalian nilai X dan Y perorangan
ΣXY : jumlah perkalian nilai X dan Y
N : banyaknya pasangan nilai
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 32, kemudian
dihitung harga rxy. Harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel, dengan
harga r tabel untuk N = 32 siswa adalah 0,349. Kriterianya yaitu apabila rxy > r
tabel maka item tes yang diuji cobakan valid. Contoh perhitungan validitas item
soal nomor 1 dengan rxy = 0,357. Tampak bahwa rxy > rtabel, maka item soal 1
valid.
Hasil pengujian validitas butir soal tes penguasaan materi menunjujkan dari
15 butir soal yang dirancang ternyata 14 soal dinyatakan valid dan 1 soal
dinyatakan tidak valid. Validitas butir soal yang tinggi tersebut mampu
mendukung tes kemampuan penguasaan materi hidrokarbon.
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Perhitungan koefisien reliabilitas digunakan pada penelitian
ini adalah internal konsistensi (internal keajegan) dengan Cronbach koefisien
alpha, karena soal yang digunakan adalah berupa soal uraian yang dikutip dari
buku Arikunto, 2006:197.
48
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : jumlah butir tes
: jumlah varians total
: variansi total
Klasifikasi reliabilitas soal sebagai berikut:
0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ r11 < 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r11 < 0,60 Cukup
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah
r11 < 0,20 Sangat rendah
Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r pada Tabel r
product moment dengan taraf signifikan 5 %, di mana suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila harga r11 lebih besar dari r product moment . (Arikunto, 2006:
184).
Perhitungan menghasilkan harga r11 sebesar 0.782. Harga r11 tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan harga r pada Tabel r product moment dengan
taraf signifikansi 5 % dan n = 32 yaitu 0.349. Suatu soal disebut relliabel bila harga
r11 lebih besar daripada harga r pada Tabel r product moment, dengan demikian
dapat disimpulkan bahawa soal uji coba penelitian ini reliabel, ditunjukkan dengan
nilai r11 (0,782) lebih besar daripada harga r pada Tabel r product moment (0.349).
Perhitungan reliabilitas soal uji coba penelitian dapat dilihat pada lampiran 29.
49
3.6.3 Tingkat Kesukaran Soal
Analisis tes untuk menentukan tingkat kesukaran soal (p) dari tes
penguasaan konsep dan penguasaan keterampilan generik sains menggunakan
sistem proporsi menjawab benar dengan rumus:
Keterangan :
p = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
x = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = Skor maksimal
N = Jumlah peserta tes
Tabel. 3.4 Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal
Interval Kriteria taraf kesukaran
0,00≤P≤0,30 Sukar
0,30≤P≤0,70 Sedang
0,70≤P≤1,00 Mudah
Hasil pengujian taraf kesukaran soal tes penguasaan materi menunjujkan
dari 15 butir soal yang dirancang ternyata 2 soal mempunyai taraf kesukaran sukar
yaitu nomor 10 dan 15, 8 soal dengan tingkat kesukaran sedang (4, 5, 6, 7, 11, 12,
13, dan 14), serta 5 soal dengan tingkatan mudah (1, 2, 3, 8, dan 9).
3.6.3 Daya Beda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower
group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik, jika soal tersebut
dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan
(Surapranata, 2005)
50
A
A B
JS
JB JB
DP
siswa kurang pandai (Arikunto, 2006:213). Makin tinggi daya pembeda soal ,
makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
( Arikunto, 2006 )
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelas
bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelas atas
Kriteria yang digunakan seperti Tabel 3.7 di bawah ini :
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval DP Kriteria
DP ≤ 0,00
0,00 < DP ≤ 0,20
0,20 < DP ≤ 0,40
0,40 < DP ≤ 0,70
0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
Hasil analisis butir soal hidrokarbon untuk penguasaan konsep terdapat 1
buah soal yang tidak dipakai yaitu nomor 15, karena daya bedanya sangat jelek.
Dengan demikian, jumlah butir soal pada tes pemahaman konsep yang digunakan
adalah 14 soal. Kriteria dari 14 soal tersebut adalah 4 soal mempunyai daya beda
jelek (3, 9, 10, dan 11), 6 soal berdaya beda cukup (1, 2, 4, 5, 8, dan 12), dan 4
soal berdaya beda baik (6, 7, 13, dan 14).
51
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan terbagi dalam dua tahap , yaitu tahap awal dan
tahap akhir.
3.7.1 Analisis Data Awal
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Data yang akan dianalisis diambil dari
hasil ujian akhir semester ganjil dari populasi. Uji statistik yang digunakan
adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:
Keterangan:
2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi yang diperoleh
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyak kelas interval
Pengujian:
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Kriteria yang digunakan: Ho diterima jika 2
hitung < 2
Tabel
Data berdistribusi normal jika 2
hitung < 2
Tabel dengan taraf signifikan
5% dan derajat kebebasan (dk) = k–3 (Sudjana, 2002).
b. Uji Homogenitas Populasi
Homogenitas populasi perlu diuji karena teknik cluster random
sampling hanya bisa digunakan pada populasi yang homogen.
52
Hipotesis:
Ho : populasi mempunyai varians yang tidak berbeda (homogen)
Ha : ada perbedaan varians dari populasi (tidak homogen)
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:
1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas
2) Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:
3) Menghitung harga satuan B dengan rumus:
4) Menghitung nilai statis chi-kuadrat χ2 dengan rumus:
Keterangan:
si
2 = variansi masing-masing kelas
s2 = variansi gabungan
B = koefisien Bartlett
ni = jumlah siswa dalam kelas
(Sudjana, 2002)
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
1) Ho diterima jika χ2
hitung < χ2
(1-α)(k-1) (taraf signifikan 5%). Hal ini
berarti varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain atau
sama (homogen).
2) Ho ditolak jika χ2
hitung ≥ χ2
(1-α)(k-1) (taraf signifikan 5%). Hal ini berarti
salah satu varians dari populasi berbeda dengan yang lain atau tidak
sama (tidak homogen).
53
3.7.2 Analisis Data Akhir
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas data akhir sama dengan
langkah-langkah uji normalitas pada data awal, namun data yang
digunakan untuk uji normalitas ini adalah nilai pre test dan post test siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji ini digunakan untuk mengetahui
data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:
Keterangan:
2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi yang diperoleh
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyak kelas interval
Pengujian:
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Kriteria yang digunakan: Ho diterima jika 2
hitung < 2
Tabel
Data berdistribusi normal jika 2
hitung < 2
Tabel dengan taraf signifikan
5% dan derajat kebebasan (dk) = k–3 (Sudjana, 2002).
b. Uji Kesamaan Varians
Uji kesamaan varians digunakan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians data hasil pre test dan
post test yang sama atau tidak. Hasil uji ini digunakan untuk menentukan
rumus yang digunakan dalam uji hipotesis.
54
Langkah-langkah uji kesamaan varians adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : , yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai varians yang sama
Ha : , yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai varians yang berbeda.
2) Rumus yang digunakan adalah:
F
3) Diambil taraf signifikan α = 5% dengan dk pembilang adalah
banyaknya data varian terbesar dikurangi satu dan dk penyebut
adalah banyaknya data varian terkecil dikurangi satu, maka
diperoleh sebagai FTabel.
4) Setelah didapat nilai Fhitung kemudian dibandingkan dengan nilai
FTabel. Jika Fhitung < , maka Ho diterima yang berarti
kedua kelas tersebut mempunyai varians yang sama.
3.7.3 Uji Hipotesis
a. Analisis terhadap pengaruh antar variabel
Menurut Sudjana (2002), rumus yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh antar variabel adalah:
Keterangan:
rb = koefisien biserial
Y1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
Y2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol
55
p = proporsi pengamatan pada kelas eksperimen
q = proporsi pengamatan pada kelas kontrol
u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang
memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q
Sy = Simpangan baku dari kedua kelas
Tabel 3.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi biserial (rb)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 ≤ x < 0,20
0,20 ≤ x < 0,40
0,40 ≤ x < 0,60
0,60 ≤ x < 0,80
0,80 ≤ x ≤ 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
b. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Belajar
Karena data post test berdistribusi normal, maka untuk mendukung
adanya perbedaan pengaruh pembelajaran antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol digunakan uji t.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho :
Ha :
μ1 = rata-rata data kelas eksperimen
μ2 = rata-rata data kelas kontrol
Karena kedua kelas mempunyai varians yang sama, maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
= rata-rata nilai post test kelas eksperimen
56
= rata-rata nilai post test kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
s1 = varians kelas eksperimen
s2 = varians kelas kontrol
s = varians gabungan kedua kelas
Kriteria: terima Ho jika
dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan = n1+n2–2
(Sudjana, 2002).
c. Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak Kiri
Uji satu pihak kiri digunakan untuk mendukung hasil hipotesis bahwa
hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
Hipotesis yang diajukan:
Ho : ( 1 ≥ 2) berarti rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih
dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
Ha : ( 1 < 2) berarti nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
kurang dari nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
Kriteria: Ho diterima apabila thit > t(1-α)(n1+n2-2)
d. Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa
persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel
terikat, dalam hal ini pengaruh collaborative learning berbantuan diagram
vee terhadap keterampilan generik sains siswa dan penguasaan konsep
materi hidrokarbon.
57
Rumus yang digunakan adalah:
KD = rb
2 x 100%
KD : koefisien determinasi
rb
2 : indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb
koefisien biserial
e. Uji Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar dari masing-masing kelas dapat diuji dengan
rumus:
t =
Keterangan:
μ = rata-rata batas ketuntasan belajar
s = standart deviasi
n = banyaknya siswa
x = rata-rata nilai yang diperoleh
Hipotesis yang diuji dalam analisis ini yaitu:
Ho : μ 75 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha : μ 75 (telah mencapai ketuntasan belajar)
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika thitung ttabel dengan taraf
signifikan α = 5%, dk = (n-1).
Masing-masing kelas eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar
individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).
f. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mengetahui
proporsi siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar.
p
58
p = proporsi siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar
Keberhasilan kelas (ketuntasan belajar klasikal) dapat dilihat dari
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
telah mencapai ketuntasan individu.
3.7.4 Analisis Lembar Observasi dan Angket
a. Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Pada analisis tahap akhir ini, digunakan data hasil belajar afektif dan
psikomotorik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik
kelas kontrol maupun eksperimen.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan
psikomotorik siswa adalah:
Nilai
Tabel 3.7 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik
Nilai Kriteria
85 < x 100
70 < x 85
55 < x 70
40 < x 55
25 x 40
Sangat Baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat Jelek
Tiap aspek dari hasil belajar afektif dan psikomotorik kedua kelas
dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas
tersebut.
Rata-rata nilai tiap aspek
Tiap aspek dalam penilaian afektif maupun psikomotorik dapat
dikategorikan sebagai berikut:
3,4 < X ≤ 4,0 Sangat tinggi
2,8 < X ≤ 3,4 Tinggi
59
2,2 < X ≤ 2,8 Cukup
1,6 < X ≤ 2,2 Rendah
1,0 ≤ X ≤ 1,6 Sangat rendah
b. Analisis Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran
Pendapat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan di kelas
eksperimen diukur dengan angket. Analisis yang dilakukan analisis
deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti
beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Arikunto, 2009). Respon
atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam 4
kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), KS (kurang setuju), dan TS
(tidak setuju). Bobot untuk kategori SS = 4; S = 3; KS = 2; dan TS = 1.
Perhitungan secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan
persentase (%) masing-masing tanggapan.
Persentase responden =
3.7.5 Uji Normalisasi Gain
Uji ini digunakan untuk menganalisis data skor pre test dan post test
penguasaan keterampilan generik sains melalui pengisian diagram vee dan soal tes
penguasaan keterampilan generik. Rumus N-Gain yang digunakan dari Hake
(1998) adalah :
Kategorisasi tingkat pencapaian N-Gain adalah sebagai berikut:
0,00-0,29 = rendah
0,30-0,69 = sedang
0,70-1,00 = tinggi
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data dan penelitian di SMA Negeri 1
Gombong pada pelajaran kimia materi pokok hidrokarbon pada kelas X, maka
diperoleh hasil sebagai berikut.
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Nilai kognitif dan psikomotorik dijadikan sebagai data utama dalam
penelitian ini, sedangkan aspek afektif dijadikan sebagai data pendukung.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gombong pada bulan
April-Mei 2012 sesuai dengan program semester (Promes) yang telah dibuat oleh
guru. Selain waktu yang digunakan untuk mengambil data awal dan akhir (pretes
dan postes), jumlah pertemuan yang digunakan untuk menyampaikan materi
pokok hidrokarbon yaitu 8 pertemuan, dengan rincian 6 pertemuan pembelajaran
di kelas, 1 pertemuan pembelajaran di laboratorium, dan 1 pertemuan latihan soal
keseluruhan.
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mula-mula melakukan pretes
pada kedua kelas yang diteliti guna memastikan bahwa kedua kelas tersebut
dalam menerima materi beranjak dari pemahaman materi yang sama sebelum
penerapan pembelajaran.
Pada pertemuan terakhir dilakukan postes dan penyebaran angket
tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan
postes diperoleh data hasil belajar kognitif, baik kelas eksperimen maupun
kontrol, yang selanjutnya digunakan untuk analisis data tahap akhir.
60
61
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir
Tujuan dari analisis tahap akhir adalah untuk menjawab hipotesis yang telah
dikemukakan. Data yang digunakan untuk analisis tahap ini adalah data nilai
Postes , baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4.1.2.1 Deskripsi Hasil Pre Test
Hasil pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.1
dan data nilai pre test selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32.
Tabel 4.1 Data Hasil Pre Test
Data Kelas X 7 (K) Kelas X 5 (E)
Jumlah siswa (n) 32 31
Rata-rata ( ) 46,38 50,19
Standar Deviasi (Si) 4,96 5,92
Nilai tertinggi 56 60
Nilai terendah 36 40
4.1.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data pre test dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test
Data Kelas X 7 (K) Kelas X 5 (E)
χ2
hitung 6,92 6,50
χ2
Tabel 7,81 7,81
Kriteria Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Tabel di atas menunjukkan χ2
hitung kurang dari χ2
Tabel dengan dk = 3 dan α
= 5% pada kelas kontrol maupun eksperimen, maka dapat disimpulkan bahwa
data pre test baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal,
sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Perhitungan uji
kesamaan dua varians data pre test dapat dilihat pada Lampiran 33
62
4.1.2.1.2 Uji Kesamaan Varians
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak.
Hasil uji kesamaan dua varians data pre test dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test
Data
Varians (s2)
Fhitung FTabel Kriteria
X 7 (K) X 5 (E)
Nilai pre test 24,63 35,03 1,42 2,06 Varians sama
Hasil perhitungan untuk data pre test menunjukkan harga Fhitung lebih kecil
dari FTabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti kedua kelas
memiliki varians yang sama. Perhitungan uji kesamaan dua varians data pre test
dapat dilihat pada Lampiran 35.
4.1.2.2 Deskripsi Hasil Postes
Hasil posteskelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.4
dan data nilai postesselengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36.
Tabel 4.4 Data Hasil Postes
Data Kelas X 7 (K) Kelas X 5 (E)
Jumlah siswa (n) 32 31
Rata-rata ( ) 74,59 82,13
Standar Deviasi (Si) 7,30 7,01
Nilai tertinggi 89,00 89,00
Nilai terendah 61,00 61,00
4.1.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Hal ini juga menentukan uji statistik selanjutnya. Hasil uji
normalitas data postes dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Hasil analisis menunjukkan χ2
hitung kurang dari χ2
Tabel dengan dk = 3 dan α
= 5% pada kelas kontrol maupun eksperimen, maka dapat disimpulkan bahwa
63
data postes baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal,
sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes
Data Kelas X 7 (K) Kelas X 5 (E)
χ2
hitung 7,42 6,23
χ2
Tabel 7,81 7,81
Kriteria Berdistribusi normal Berdistribusi normal
4.1.2.2.2 Uji Kesamaan Varians
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak.
Hasil uji kesamaan dua varians data postesdapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes
Data
Varians (s2)
Fhitung FTabel Kriteria
X 7 (K) X 5 (E)
Nilai Postes 53,28 49,18 1,08 2,06 Varians sama
Dari Tabel hasil perhitungan data postesdiperoleh harga Fhitung lebih kecil
dari FTabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti kedua kelas
memiliki varians yang sama.
4.1.2.3 Uji Hipotesis
4.1.2.3.1 Uji Hipotesis 1
4.1.2.3.1.1 Analisis terhadap pengaruh antar variabel
Uji ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel. Uji ini
digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara collaborative learning
berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik sains siswa dan
penguasaan konsep materi hidrokarbon.
Berdasarkan analisis data diperoleh besarnya Y1 = 82,13; Y2 = 74,59; Sy=
8,13; p = 0,49; q = 0,51 dan z = 0,01 (dari daftar F) serta u = 0,3989 (dari daftar
64
E). Sehingga dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial
(rb) sebesar 0,5805.
Pada hasil perhitungan telah diperoleh harga rb sebesar 0,5805. Harga ini
diinterpretasikan ke dalam tabel koefisien korelasi menunjukkan korelasi yang
sedang. Artinya collaborative learning berbantuan diagram vee ini berpengaruh
sedang terhadap hasil belajar siswa materi pokok hidrokarbon. Hal ini merupakan
cara yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh.
4.1.2.3.1.2 Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Belajar
Pada analisis data telah diperoleh hasil bahwa data postes kelas
eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal, maka untuk mendukung
adanya perbedaan pengaruh pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol digunakan uji t. Kriteria hasil uji ini adalah terima H0 (rata-rata data kelas
eksperimen = rata-rata data kelas kontrol) jika –t(1-1/2α)< thitung < t(1-1/2α), untuk nilai
selain itu tolak H0. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 4,18; sedangkan t(1-
1/2α) dari tabel t diperoleh harga 1,9996, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata kelas eksperimen dengan kontrol (Lampiran 42 halaman 240).
4.1.2.3.1.3 Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak Kiri
Uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri digunakan untuk mendukung
hipotesis bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
Pada perhitungan uji t pihak kiri diperoleh thitung > ttabel dengan dk = 61 dan α =
5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima (Tabel 4.7). Hal ini membuktikan
bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol (Lampiran
42).
65
Tabel 4.7 Hasil uji perbedaan rata-rata satu pihak kiri data hasil Postes
Data thitung tTabel Kriteria
Hasil Postes 4,18 2,00 Ha diterima
4.1.2.3.1.4 Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa
persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat,
dalam hal ini pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa .
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh besarnya koefisien korelasi
biserial (rb) sebesar 0,5805 dan rb2 sebesar 0,337 sehingga besarnya koefisien
determinasi (KD) adalah 33,70%. Jadi, besarnya kontribusi pengaruh penerapan
Collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi pokok hidrokarbon adalah
sebesar 33,70%.
4.1.2.3.2 Uji Hipotesis 2
4.1.2.3.2.1 Uji Ketuntasan Belajar
Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui apakah penguasaan
konsep atau hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol pada materi hidrokarbon
dapat mencapai ketuntasan belajar atau tidak. Secara statistik siswa dikatakan
tuntas apabila rata-rata hasil belajar kognitifnya lebih besar atau sama dengan 76
atau siswa dapat mengerjakan soal yang masing-masing butir soal terdapat
indikator keterampilan generik sains dengan benar sekurang-kurangnya 3 soal dari
5 soal (sesuai dengan KKM yang ditetapkan). Kriteria pengujiannya jika thitung ≥
t(1-α)(n-1) dengan taraf signifikan α = 5%, berarti kelas mencapai ketuntasan belajar.
Hasil uji statistik ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.8.
66
Tabel 4.8 Hasil Uji Ketuntasan Belajar
Kelas thitung tTabel Kriteria kelas
Kontrol -1,09 2,04 Belum Tuntas
Eksperimen 4,87 2,04 Tuntas
Hasil uji ketuntasan belajar menunjukkan bahwa kedua kelas baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai thitung lebih besar dari tTabel, maka
dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelas eksperimen telah mencapai
ketuntasan belajar, sedangkan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar.
4.1.2.3.2.2 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mengetahui
proporsi siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar. Keberhasilan kelas
(ketuntasan belajar klasikal) dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu.
Hasil analisis pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa kelas kontrol dan kelas
eksperimen belum mencapai ketuntasan belajar karena persentase ketuntasan
belajar klasikal (keberhasilan kelas) masing-masing yaitu sebesar 56,25% (18 dari
32 siswa tuntas) dan 80,65% (25 dari 31 siswa tuntas), angka tersebut kurang dari
85%. Perhitungan dan rekapitulasi ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat pada
Lampiran 43.
Gambar 4.1 Persentase ketuntasan belajar klasikal antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Rerata
67
4.1.2.4 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif
Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai dan sikap
siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol pada saat PBM berlangsung. Terdapat 8
aspek pada ranah afektif yang digunakan. Tiap aspek dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa. Rerata nilai tiap aspek pada
hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Rerata Nilai tiap Aspek Ranah Afektif pada Kelas Eksperimen
No Aspek Nilai rerata Kriteria
1
Kedisiplinan saat pembelajaran
berlangsung
3 Tinggi
2
a. Perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran
4 Sangat tinggi
3
Etika dalam berkomunikasi lisan di
depan kelas
4 Sangat tinggi
4
Keterampilan menyampaikan hasil
diskusi focus group
3 Tinggi
5 Keterampilan Bertanya 3 Tinggi
6 Keterampilan dalam menjawab 3,10 Tinggi
7
Partisipasi saat pembelajaran
berlangsung
2,45 Sedang
8 Kecakapan bekerja sama dengan teman 4 Sangat tinggi
Nilai afektif siswa juga diperoleh dari jumlah skor tiap aspek dibagi dengan
skor total dikalikan seratus. Pada kelas eksperimen, rata – rata nilai afektif siswa
mencapai 82,96 sehingga termasuk dalam kriteria sangat baik. Aspek pada nomor
2, 3, dan 8 mendapatkan rerata tertinggi dengan kriteria sangat tinggi. Kriteria
sangat tinggi tersebut disebabkan karena siswa dibiasakan berkelas mendiskusikan
materi dan masalah yang diberikan guru sehingga interaksi dan kerja sama antar
siswa meningkat selain itu siswa juga terbiasa menyampaikan hasil diskusi
dengan kelas mereka di depan kelas. Aspek nomor 7 mendapatkan rerata terendah
68
yaitu dengan kriteria sedang karena siswa terlalu asyik berdiskusi dengan teman
sekelas sehingga siwa kurang antusias ketika guru mengajukan pertanyaan secara
individu dan harus menyelesaikan di depan kelas.
Hasil belajar aspek afektif yang diobservasi pada kelas kontrol sama dengan
pada kelas eksperimen, baik mengenai jumlah maupun aspek yang dinilai. Tingkat
penguasaan tiap aspek afektif pada kelas kontrol dapat diketahui melalui nilai
rerata tiap aspek afektif yang dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4. 10. Rerata Nilai tiap Aspek Ranah Afektif pada Kelas Kontrol
No Aspek Nilai rerata Kriteria
1
Kedisiplinan saat pembelajaran
berlangsung
3 Tinggi
2
b. Perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran
4 Sangat tinggi
3
Etika dalam berkomunikasi lisan di
depan kelas
3 Tinggi
4
Keterampilan menyampaikan hasil
diskusi
3 Tinggi
5 Keterampilan Bertanya 2,59 Sedang
6 Keterampilan dalam menjawab 3 Tinggi
7
Partisipasi saat pembelajaran
berlangsung
3 Sedang
8 Kecakapan bekerja sama dengan teman 4 Sangat tinggi
Pada kelas kontrol, didapat rerata nilai afektif siswa mencapai 79,98
sehingga skor ini termasuk dalam kriteria sangat baik. Aspek pada nomor 5,
keterampilan bertanya mereka sedang karena siswa tidak terbiasa untuk
menyampaikan hasil diskusi kelas. Siswa cenderung malu untuk bertanya ketika
mereka belum paham mengenai materi yang sudah disampaikan guru. Perincian
nilai afektif siswa kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 44.
69
Dari Tabel 4.9 dan 4.10 apabila disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat
pada Gambar berikut:
Gambar 4.2 Penilaian afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Keterangan:
1 Kedisiplinan saat pembelajaran berlangsung
2 c. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran
3 Etika dalam berkomunikasi lisan di depan kelas
4 Keterampilan menyampaikan hasil diskusi
5 Keterampilan Bertanya
6 Keterampilan dalam menjawab
7 Partisipasi saat pembelajaran berlangsung
8 Kecakapan bekerja sama dengan teman
4.1.2.5 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik
Penilaian psikomotor dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan
kemampuan fisik siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Ranah psikomotor yang digunakan ada 4 aspek yang
berhubungan dengan kegiatan praktikum. Ranah psikomotorik dilakukan pada
Rerata Tiap Indikator
70
saat siswa melakukan percobaan uji keberadaan unsure C dan H dalam senyawa
karbon dan pada saat siswa melakukan percobaan isomer hidrokarbon
menggunakan molymood. Tiap aspek dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa. Rerata nilai psikomotorik pada kelas
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 11. Rerata Nilai Tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelas Eksperimen
No Dimensi Rerata
1 Menyiapkan Praktikum
a. Persiapan alat 3,19
b. Persiapan larutan/ bahan kerja 3,32
2 Keterampilan Proses
a. Keterampilan dan ketepatan mengambil sukrosa, glukosa,
dan fruktosa
3,45
b. Keterampilan memindahkan bahan kerja ke dalam tabung
reaksi
3,52
c. Keterampilan menuang pereaksi ke dalam bahan kerja 3,35
d. Keterampilan melakukan pengamatan perubahan warna
yang terjadi setelah pembakran sukrosa, glukosa, dan
fruktosa
3,71
e. Keterampilan melakukan pengamatan pembentukan uap air
(H2O) yang terjadi
3,68
f. Keterampilan mengamati pembentukan gas CO2 yang terjadi 3,35
g. Keterampilan menulis persamaan reaksi 2,58
3
Membuat Laporan sementara
a. Membuat laporan sementara 3,19
b. Merevisi kesalahan reaksi 2,65
4
Aktivitas Selesai Praktikum
a. Menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan 3,19
b. Membersihkan semua alat- alat yang telah digunakan 3,19
c. Mengembalikan alat- alat yang sudah bersih ke tempat
semula
3,48
71
Dimensi nomor 2 pada keterampilan proses yaitu keterampilan pengamatan
reaksi yang terjadi pada percobaan, kelas eksperimen mendapatkan rerata skor
tertinggi karena siswa diberikan diagram vee yang membantu siswa
mempermudah dalam melakukan pengamatan reaksi kimia. Rerata terendah
diperoleh pada dimensi nomor 2 pada keterampilan proses yaitu keterampilan
menuliskan persamaan reaksi kimia. Siswa belum terbiasa menuliskan persamaan
reaksi kimia yang terjadi pada saat percobaan karena pengetahuan siswa dalam
menuliskan persamaan reaksi kimi masih rendah. Siswa harus membaca beberapa
literatur terlebih dahulu untuk mengetahui persamaan reaksi yang ada pada
percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon yang mereka
lakukan. Rerata nilai aspek psikomotorik siswa pada kelas eksperimen mencapai
81,57 sehingga skor ini termasuk dalam kriteria sangat baik. Perincian nilai
psikomotorik siswa kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 45.
Pada kelas kontrol juga dinilai psikomotoriknya. Rerata nilai psikomotorik
pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.12.
72
Tabel 4.12. Rerata Nilai tiap Aspek Ranah Psikomotorik pada Kelas Kontrol
No Dimensi Rerata
1 Menyiapkan Praktikum
a. Persiapan alat 3,16
b. Persiapan larutan/ bahan kerja 3,13
2 Keterampilan Proses
a. Keterampilan dan ketepatan mengambil sukrosa, glukosa,
dan fruktosa
3,28
b. Keterampilan memindahkan bahan kerja ke dalam tabung
reaksi
3,19
c. Keterampilan menuang pereaksi ke dalam bahan kerja 3,31
d. Keterampilan melakukan pengamatan perubahan warna
yang terjadi setelah pembakran sukrosa, glukosa, dan
fruktosa
3,28
e. Keterampilan melakukan pengamatan pembentukan uap air
(H2O) yang terjadi
2,91
f. Keterampilan mengamati pembentukan gas CO2 yang terjadi 2,50
g. Keterampilan menulis persamaan reaksi 2,56
3 Membuat Laporan sementara
a. Membuat laporan sementara 3,38
b. Merevisi kesalahan reaksi 2,41
4 Aktivitas Selesai Praktikum
a. Menuang sisa larutan kerja ke tempat yang telah disediakan 3,16
b. Membersihkan semua alat- alat yang telah digunakan 3,22
c. Mengembalikan alat- alat yang sudah bersih ke tempat
semula
3,03
Pada kelas kontrol, rerata secara keseluruhan dimensi penilaian
psikomotorik masih tergolong sedang. Rerata terendah selain dalam keterampilan
penulisan reaksi kimia, juga pada dimensi keterampilan proses ketika mengamati
pembentukan gas CO2. Siswa masih terbuai untuk mencatat hasil percobaan
sehingga siswa kurang fokus dalam melakukan pengamatan perubahan reaksi
73
yang terjadi pada percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon. Rata – rata nilai psikomotorik siswa mencapai 75,89 sehingga skor ini
termasuk dalam kriteria baik. Perincian nilai psikomotorik siswa kelas kontrol
dapat dilihat pada Lampiran 45.
Dari Tabel 4.11 dan 4.12 apabila disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat
pada Gambar berikut:
Gambar 4. 3. Penilaian psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Keterangan:
I Menyiapkan Praktikum
II Keterampilan Proses
III Membuat Laporan sementara
IV Aktivitas Selesai Praktikum
4.1.2.6 Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswatentang
proses collaborative learning berbantuan diagram vee. Angket berisi sepuluh
indikator yang berupa pernyataan dan harus diisi oleh siswa dengan rating scale
4, 3, 2, 1. Skor 4 diberikan apabila siswa sangat setuju dengan pernyataan, 3
Rerata Tiap Indikator
74
apabila siswa setuju dengan pernyataan, 2 apabila siswa biasa saja dengan
pernyataan, dan 1 apabila siswa tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.
Analilis yang telah dilakukan menggambarkan keragaman siswa dalam
menanggapi pembelajaran yang berlangsung. Pernyataan satu mengungkapkan
tentang pembelajaran berlangsung lebih menyenangkan dan tidak membuat bosan,
siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 7 siswa dan setuju 24 siswa .
Pernyataan dua mengungkapkan tentang pembelajaran berlangsung lebih
kompetitif sehingga memacu saya untuk lebih aktif, siswa yang menyatakan
sangat setuju sebanyak 12 siswa , setuju 17 siswa , dan biasa saja 2 siswa .
Pernyataan tiga mengungkapkan tentang pembelajaran melibatkan peran aktif
siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi, sebanyak 12 siswa
menyatakan sangat setuju dan 19 siswa menyatakan setuju.
Pernyataan empat mengungkapkan tentang media diagram vee yang
digunakan membuat saya lebih mudah menguasai konseptual dan metodologis
materi pelajaran, siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak 5 siswa , setuju
14 siswa , dan biasa saja 12 siswa . Pernyataan lima mengungkapkan tentang
materi pelajaran menjadi mudah dipahami sehingga saya lebih jelas, menanggapi
pernyataan ini sebanyak 4 siswa menyatakan sangat setuju, 25 siswa setuju, dan
biasa saja 2 siswa . Pernyataan enam mengungkapkan pembelajaran membuat
saya lebih aktif untuk bertanya maupun menanggapi pertanyaan dari teman dan
guru, sebanyak 3 siswa memilih sangat setuju, 27 siswa setuju, dan biasa saja 1
siswa.
75
Pernyataan tujuh mengungkapkan tentang pembelajaran pembelajaran
membuat saya berani menyampaikan pendapat saya, 6 siswa setuju dan 25 siswa
biasa saja. Pernyataan delapan mengungkapkan pembelajaran membuat saya lebih
bertanggungjawab dan teliti dalam mengerjakan tugas, melakukan percobaan
kimia, dan menyimpulkan suatu materi, 7 siswa memilih sangat setuju, 22 siswa
setuju, 1 siswa biasa saja dan 1 siswa tidak setuju. Pernyataan sembilan
mengungkapkan siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar secara kelas, 3 siswa
memilih sangat setuju, 24 siswa setuju, dan 4 siswa biasa saja. Pernyataan
sepuluh mengungkapkan siswa menyukai cara mengajar guru, sebanyak 8 siswa
menyatakan sangat setuju, 22 siswa setuju, dan 1 siswa biasa saja.
Apabila dilihat dari hasil tanggapan siswa terhadap pembelajaran, maka
siswa yang memilih pernyataan tidak setuju pada pengisian kuesioner hanya 1
siswa . Dan dari kuesioner yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan buku saku praktikum kimia karena
lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah
memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang meningkat
dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat belajar.
Kesenangan siswa terhadap collaborative learning berbantuan diagram vee
ditunjukkan dengan rata-rata siswa yang mengisi pernyataan sangat setuju
sebesar 21,4%, siswa yang mengisi pernyataan setuju sebesar 76,84%, siswa
yang mengisi pernyataan biasa saja sebesar 10,18%, dan siswa yang mengisi
pernyataan tidak setuju sebesar 0,35%. Nilai rata-rata ini didapat dari pembagian
antara total siswa pada satu skor dengan total siswa pada semua skor pernyataan
76
yang. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran disajikan pada Gambar 4.4
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 46.
Hasil penyebaran angket dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia yang
menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee
Keterangan:
1. Pembelajaran berlangsung lebih menyenangkan dan tidak membuat bosan
2. Pembelajaran berlangsung lebih kompetitif sehingga memacu saya untuk
lebih aktif
3. Pembelajaran melibatkan peran aktif siswa dalam berdiskusi dan
menyampaikan hasil diskusi
4. Media diagram vee yang digunakan membuat saya lebih mudah menguasai
konseptual dan metodologis materi pelajaran
5. Materi pelajaran menjadi mudah dipahami sehingga saya lebih jelas
6. Pembelajaran membuat saya lebih aktif untuk bertanya maupun menanggapi
pertanyaan dari teman dan guru
7. Pembelajaran membuat saya berani menyampaikan pendapat saya
Rerata Tiap Indikator
77
8. Pembelajaran membuat saya lebih bertanggungjawab dan teliti dalam
mengerjakan tugas, melakukan percobaan kimia, dan menyimpulkan suatu
materi
9. Saya menjadi lebih tertarik untuk belajar secara kelas
10. Saya menyukai cara mengajar guru
Rerata tertinggi yang diperoleh dari analisis angket tanggapan siswa
terhadap collaborative learning berbantuan diagram vee adalah indikator ke-6
yaitu pembelajaran membuat siswa lebih aktif untuk bertanya maupun
menanggapi pertanyaan dari teman dan guru. Rerata yang diperoleh sebesar
87,10. Sedangkann indikator yang mempunyai rerata paling rendah sebesar 45,16
yaitu indikator ke 4, dengan indikator media diagram vee yang digunakan
membuat siswa lebih mudah menguasai konseptual dan metodologis materi
pelajaran. hal tersebut disebabkan karena siswa belum pernah dikenalkan dan
belum pernah menggunakan diagram vee sebelumnya.
4.1.2.7 Uji Normalisasi Gain
Hasil rerata nilai pretes, postes, dan % N-gain penguasaan keterampilan
generik sains dalam penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Rerata nilai pretes, postes, dan % N-gain keterampilan generik sains
dalam penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
Rerata
78
Dari uji normalitas gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, diperoleh
% N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen % N-gain sebesar 63,75, sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 52,58. Untuk kriteria % N-gain keterampilan generik sains dan
penguasaan konsep materi hidrokarbon dari kelas kontrol dan kelas eksperimen
adalah sedang.
Hasil % N-gain keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa
pada materi hidrokarbon antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Rerata % N-gain keterampilan generik pengamatan dan inferensi
logika siswa pada penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen
Hasil rerata pretes, postes, dan % N-gain keterampilan generik siswa pada
kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.7. Nilai pretes dan postes
merupakan rerata dari soal uraian yang terdapat indikator keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika dan diagram vee hasil pengisian siswa .
Rerata
79
Gambar 4.7. Rerata pretes, postes, dan % N-gain keterampilan generik siswa
pada kelas eksperimen
Hasil rerata awal dan akhir keterampilan generik antara kelas kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Rerata Awal dan Akhir Keterampilan Generik antara Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Eksperimen Kontrol
Awal *) 81.13 79.19
Akhir 84.48 79.69
Keterangan: *) pada kelas eksperimen merupakan rerata nilai pada pengisian
diagram vee, pada kelas kontrol merupakan rerata nilai laporan
sementara
Hasil analisis data rerata skor pretes, skor postes, % N-gain dan taraf
pencapaian keterampilan generik pengamatan menurut kelas prestasi disajikan
pada tabel 4.14.
Tabel 4.14. Analisis Skor Pretes, Postes, % N-gain dan Taraf Pencapaian untuk
Keterampilan Generik Pengamatan
Nomor soal Kelas
Rerata
Pretes
Rerata
Postes
% N-gain
Taraf
pencapaian
Soal 1, 2, dan 3 pada
soal pretes dan postes
Atas 2,10 3,14 84,62 Tinggi
Bawah 2,06 2,86 63,08 Sedang
Rerata
80
Hasil analisis data rerata skor pretes, skor postes, % N-gain dan taraf
pencapaian keterampilan generik inferensi logika menurut kelas prestasi disajikan
pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Analisis % N-gain dan taraf pencapaian untuk Keterampilan
Generik Inferensi Logika pada Kelas Eksperimen antara Kelas Atas
dan Kelas Bawah
4.2 Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Penerapan Collaborative Learning berbantuan Diagram Vee
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 sampai dengan X 9
SMA Negeri 1 Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak
285 siswa. Sebelum dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random
sampling, dilakukan terlebih dahulu analisis tahap awal terhadap populasi. Data
yang digunakan dalam analisis tahap awal adalah data nilai ujian semester I mata
pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Gombong.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan tahap analisis awal.
Berdasarkan hasil analisis data populasi nilai kimia ujian semester 1 yaitu uji
normalitas, diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal karena pada seluruh
data awal didapatkan χ2
hitung < χ2 tabel. Uji homogenitas selanjutnya menggunakan
uji Bartlett. Pada uji homogenitas diperoleh χ2 hitung (8, 495) < χ2 tabel (16, 92) yang
berarti populasi mempunyai varians yang sama (homogen), sehingga pengambilan
Nomor soal Kelas
Rerata
Pretes
Rerata
Postes % N-gain
Taraf
pencapaian
Soal 4, 5, dan 6 pada
soal pretes dan soal 4
dan 5 pada soal postes
Atas 2,17 3,14 53,25 Sedang
Bawah 2,06 2,74 34,85 Sedang
81
sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Secara acak diambil
kelas X 7 sebagai kelas kontrol dan kelas X 5 sebagai kelas eksperimen.
Pada kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen diberi pembelajaran
kimia dengan menerapkan collaborative learning berbantuan diagram vee yaitu
memberikan permasalahan yang terkait dengan materi yang dibahas melalui
diskusi focus group dan home group dan menggunakan diagram vee sebagai alat
evaluasi pada percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dan
percobaan isomer hidrokarbon menggunakan molymood. Pada kelas control
pembelajaran kimia diberikan seperti yang biasa diajarkan guru mitra yaitu
dengan metode ceramah dan diskusi ketika percobaan uji keberadaan unsur C dan
H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer hidrokarbon menggunakan
molymood.
Hasil nilai rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen adalah 50,19 pada
pretes dan 82,13 pada postes dan kelas kontrol adalah 46,38 pada pretes dan 74,59
pada postes, sehingga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
penguasaan konsep dengan lebih tingginya nilai postes dibanding nilai pretes.
Selain itu berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai postes
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran kelas eksperimen menerapkan collaboreative learning. Pada
pembelajaran kelas eksperimen, peneliti menggunakan metode collaboreative
learning dengan menggunakan diagram vee dan metode diskusi focus group dan
home group.
82
Peneliti membagikan diagram vee pada awal pertemuan yang akan
digunakan sebagai alat evaluasi pada percobaan uji keberadaan unsur C dan H
dalam senyawa karbon dan memberikan penjelasan bahwa dalam diagram vee
tersebut terdapat kolom-kolom kosong yang harus diisi oleh siswa. Kemudian
peneliti membagi siswa menjadi 6 focus group dan 6 home group yang merupakan
gabungan dari masing-masing focus group untuk saling menyampaikan hasil
diskusi materi hidrokarbon. Pada akhir pembelajaran, peneliti menunjuk siswa
untuk menyampaiakn hasil diskusinya. Pada saat praktikum, siswa diberi waktu
15 menit untuk mengisi sisi konseptual dalam diagram vee kemudian melakukan
praktikum dan menuliskan dalam diagram vee pada sisi metodologi hasil
pengamatan serta membuat klaim pengetahuan berdasarkan hasil percobaan dan
sesuai teori yang telah dituliskan pada sisi konseptual. Diagram vee tersebut
dikumpulkan agar peneliti dapat mengevaluasi keterampilan generik pengamatan
dan inferensi logika siswa. Dengan melihat hasil diagram vee, peneliti dapat
memberikan penilaian terhadap masing-masing siswa. Dengan adanya keaktifan
siswa tersebut akan menumbuhkan motivasi belajar dan akan berpengaruh positif
terhadap hasil belajar. Hal tersebut dilakukan agar kemampuan keterampilan
generik sains siswa meningkat karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan
diagram vee yang membutuhkan pengamatan yang cermat dan teliti dan membuat
inferensi logika hasil percobaan dengan benar.
Pada kelompok kontrol, peneliti menerapkan metode pembelajaran seperti
yang biasa digunakan guru mitra yaitu dengan menerapkan metode ceramah tanpa
menerapkan collaborative learning berbantuan diagram vee. Pembelajaran
83
tersebut kurang dapat memotivasi siswa untuk belajar atau aktif. Siswa hanya
mendengarkan tetapi tidak berusaha memahami materi yang diberikan sehingga
tingkat penguasaan dan hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata postes siswa pada kelas kontrol adalah 74,59
sedangkan nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen jauh lebih baik yaitu 82,13.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan menggunakan collaborative
learning berbantuan diagram vee atau pada kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol digunakan uji perbedaan dua rata-rata pihak kiri. Data yang
digunakan untuk menganalis uji perbedaan dua rata-rata adalah data nilai postes
materi hidrokarbon yang diberikan pada akhir pembelajaran isomer hidrokarbon.
Rumus yang digunakan adalah uji t. Hal ini disebabkan karena kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh harga thitung sebesar 4,18 sedangkan harga t(0.95)(61) sebesar 2,00, karena
thitung lebih besar dari ttabel sehingga H0 ditolak yang berarti kelas eksperimen lebih
baik daripada kelas kontrol.
Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar
kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat mencapai ketuntasan belajar atau
tidak. Untuk mengetahui ketuntasan belajar individu dapat dilihat dari data hasil
belajar siswa dan dikatakan tuntas belajar jika hasil belajarnya mendapat nilai 76
atau lebih. Menurut Mulyasa (2004:99) keberhasilan kelas dapat dilihat dari
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah
mencapai ketuntasan individu. Dari hasil perhitungan uji ketuntasan belajar
diperoleh hasil dimana ketuntasan belajar pada kelompok eksperimen dan kontrol
84
sebesar 80,65% dan 56,25%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelas
eksperimen dan kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar. Hal tersebut
dikarenakan nilai KKM yang tinggi yaitu 76.
Uji normalitas Gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan
rata-rata pemahaman konsep dan keterampilan generik sains pengamatan dan
inferensi logika siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dari hasil
perhitungan didapatkan harga %N-gain untuk penguasaan konsep kelas
eksperimen sebesar 63,75% dengan kriteria peningkatan sedang, dan untuk kelas
kontrol diperoleh harga %N-gain sebesar 52,58% dengan kriteria peningkatan
sedang juga. Tetapi dengan harga %N-gain eksperimen yang lebih besar dari
harga gain kontrol maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaan
konsep kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis maka perlu dilakukan uji pengaruh
antar variabel. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa
(rb) sebesar 0,5805. Tanda positif pada harga rb menunjukkan bahwa antara
penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap hasil belajar
siswa materi pokok hidrokarbon terdapat hubungan yang searah atau terjadi
korelasi positif. Hal ini berarti bahwa pembelajaran yang menerapkan
collaborative learning berbantuan diagram vee membuat siswa memiliki hasil
belajar yang lebih baik.
Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen yang lebih tinggi disebabkan
collaborative learning berbantuan diagram vee pada pembelajarn hidrokarbon
membuat siswa lebih antusias dan aktif karena guru hanya memberikan suatu sub
85
materi dan permasalahan yang harus dipelajari dan diselesaikan dan guru
mengarahkan pada saat mencari alternatif pemecahan kemudian mengevaluasinya.
Siswa bekerja sama dengan kelasnya mendiskusikan segala aspek yang berkaitan
dengan sub materi dan permasalahan yang diberikan dan berusaha keras untuk
mencari alternatif pemecahannya dengan suasana rileks, bebasdalam berpendapat
dan menyenangkan. Siswa tidak lagi memandang pelajaran kimia sebagai mata
pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Agustina (2007: 311) bahwa collaborative learning sangat efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Piaget
dalam Suparno (1997: 46) bahwa belajar terjadi jika timbul kebutuhan untuk
memahami lingkungan sehingga memotivasi mereka untuk menginvestigasi dan
mengkonstruksi teori yang menjelaskannya.
Selain menggunakan data nilai kognitif, peneliti juga menggunakan data
nilai afektif dan psikomotorik siswa. Pengambilan data hasil belajar afektif dan
psikomotorik siswa dilakukan dengan metode observasi secara langsung.
Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung oleh guru
dan observer, sedangkan penilaian psikomotorik dilakukan pada saat melakukan
praktikum uji keberadaan unsure C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan
isomer hidrokarbon menggunakan molymood. Dalam hal ini yang menjadi
observer adalah teman mahasiswa Biologi UNS bernama Diska Asani dan guru
Kimia SMA Negeri 1 Gombong bernama Dra. Endang Kinarlin. Untuk
mempermudah memberikan penilaian afektif, peneliti mengatur denah tempat
duduk siswa di kelas eksperimen pada saat pembelajaran maupun saat siswa
86
berkelompok. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik dianalisis menggunakan
perhitungan analisis deskriptif kualitatif.
Dari Gambar 4.2 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek afektif kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. terutama pada aspek
kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan selama PBM (indikator 5) dan
aspek menjawab pertanyaan selama PBM (indikator 6), dimana kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan adanya kegiatan
diskusi yang lebih sering dibandingkan kelas kontrol.
Selain itu dari Gambar 4.3 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek
psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
terlihat pada aspek keterampilan siswa dalam mempersiapkan alat dan bahan
(dimensi 1), aspek kemampuan siswa dalam ketrampilan menggunakan alat
praktikum dan aspek kemampuan siswa dalam penguasaan prosedur kerja
(dimensi II), aspek kemampuan siswa dalam membuat laporan semsntara
(dimensi III), dan aspek kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas selesai
praktikum (dimensi IV) . Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen diberikan
diagram vee yang harus diisi siswa sebelum dan setelah praktikum. Dalam
diagram vee tersebut terdapat sisi teoritis dan sisi metodologis yang harus diisi.
Sedangkan pada kelas kontrol hanya mengerjakan praktikum sesuai lembar
praktikum siswa dan membuat laporan sementara berupa tabel hasil pengamatan.
Hasil belajar baik kognitif, afektif, maupun psikomorik kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan kelas kontrol dikarenakan sebagian besar siswa
menyukai metode ini dan lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. Tingginya
87
motivasi belajar siswa untuk mempelajari kimia dikarenakan siswa merasa
senang dengan berdiskusi di kelas. Selain itu dengan pemberian diagram vee
membuat siswa dituntut untuk berpikir kritis, bagaimana merangkai alat
percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah sesuai teori yang ada.
Hal ini dapat terlihat dari Gambar 4.4 mengenai hasil analisis tanggapan siswa
terhadap pembelajaran kimia yang menggunakan collaborative learning
berbantuan diagram vee. Selain itu dari Gambar 4.4 pointer 3 juga diketahui
bahwa 84,68% yakin pembelajaran melibatkan peran aktif siswa dalam
berdiskusi focus group dan menyampaikan hasil diskusi dalam home group dapat
meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa. Hasil yang lebih baik ini
disebabkan penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas fisik dan mental, seperti
membuktikan teori, mendiskusikan, dan menjelaskan hasilnya sehingga siswa
lebih tertarik untuk belajar.
Hasil belajar yang lebih baik untuk kelas eksperimen juga disebabkan karena
pemberian diagram vee yaitu mereka menuliskan permasalahan dan obyek yang
harus diteliti sehingga mereka harus dituntut berfikir secara mandiri. Bagaimana
merangkai alat, menyusun prosedur percobaan serta memecahkan masalah.
Dengan adanya kegiatan percobaan seperti ini membuat siswa lebih mudah
memahami suatu materi pelajaran dalam proses pembelajaran, karena siswa
mampu menemukan konsep secara mandiri berdasarkan fakta-fakta kongkrit yang
dijumpai saat melakukan percobaan. Secara tidak langsung hasil belajar siswa
menjadi lebih baik dan berarti, karena siswa menjadi lebih aktif dalam
88
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, dan bukan hanya
sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang
dikatakan oleh guru saja, hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh
Suherman (2008).
Dalam melakukan penelitian menggunakan collaborative learning
berbantuan diagram vee, penulis mengalami hambatan–hambatan, seperti: (1)
pada awalnya siswa masih terlihat kurang bersemangat dalam berdiskusi. (2)
pada saat pemberian tugas untuk mengisi diagram vee masih ada kelas yang
belum begitu paham dengan instruksi peneliti karena metode seperti ini belum
pernah dilaksanakan. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
umpan sehingga setelah itu diskusi dapat berlangsung dengan baik. Selian itu
peneliti juga menjelaskan kembali tugas pengisian diagram vee secara lebih
terperinci.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa pengembangan pembelajaran
melalui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan keterampilan
generik pengamatan dan inferensi logika, sehingga aktivitas siswa baik dalam
pembelajaran maupun dalam praktikum dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sanyasa (2007: 2) bahwa penggunaan metode collaborative learning
terbukti meningkatkan kemandirian siswa dan kemampuan siswa dalam
berinteraksi serta beraktivitas. Hal ini dapat memberikan beberapa implikasi untuk
89
membuat para siswa lebih mandiri dan aktif dengan belajar bersama dimana
mereka saling memberi masukan.
Menurut pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi pada Sugiyono
(2005: 215), nilai rb sebesar 0,5805 berada diantara 0,40 – 0,599, yang
menyatakan bahwa hubungan antara penerapan collaborative learning berbantuan
diagram vee terhadap hasil belajar siswa materi pokok hidrokarbon adalah
hubungan yang tergolong sedang. Dengan demikian, walaupun terdapat hubungan
positif antara penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap
hasil belajar siswa materi pokok hidrokarbon, namun hubungan yang terjadi
adalah hubungan sedang. Koefisien korelasi biserial (rb) yang diperoleh
selanjutnya digunakan untuk menghitung koefisien determinasi (KD) dengan
rumus rb
2 x 100%. Perhitungan menghasilkan koefisien determinasi (KD) sebesar
33,70%. Artinya collaborative learning berbantuan diagram vee hanya
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar kimia materi pokok hidrokarbon
sebesar 33,70%. hal ini berarti faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
sebesar 66,30%. Faktor-faktor tersebut seperti tingkat kesulitan materi, media
pembelajaran, serta sarana dan prasarana.
4.2.2. Keterampilan Generik Sains Pengamatan dan Inferensi Logika Siswa
Hasil pengolahan data pretes penguasaan setiap keterampilan generik sains
dapat di lihat pada Gambar 4.6. Terlihat keterampilan generik untuk pengamatan
dengan taraf pencapaian % N-gain paling tinggi yaitu 65,28% pada kelas kontrol
dan 72,65% pada kelas eksperimen (Hake, 1998).
90
Pencapaian keterampilan generik sains inferensi logika siswa kelas
eksperimen pada taraf pencapaian sedang dan kelas kontrol pada taraf pencapaian
rendah. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa kelas
eksperimen yaitu 42,90 %. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika
siswa kelas kontrol dibawah 40% yaitu sebesar 16,74. Rendahnya harga % Ngain
inferensi logika, diduga karena inferensi logika memerlukan berpikir dasar
tingkat tinggi. Inferensi logika menuntut siswa menghubungkan antar konsep
atau data eksperimen uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa hidrokarbon
yang dimiliki dengan teori yang ada, kemudian mensintesisnya menjadi suatu
bentuk keteraturan pola tertentu. Sementara itu untuk kelas eksperimen dengan
pencapaian N-gain keterampilan generik sains inferensi logika pada taraf sedang
sedang dengan harga % N-gain cenderung rendah, karena keterampilan generik
sains ini melibatkan keterampilan berpikir dasar tingkat tinggi yaitu
menyimpulkan dan mengkaitkan suatu peristiwa yang mereka lihat dalam
percobaan dengan teori yang sudah ada, dan hal inilah yang mengakibatkan
mahasiswa dari kelas kontrol merasa kesulitan. Pada pembahasan berikut,
disampaikan hasil dari peningkatan setiap keterampilan generik sains yang
diurutkan dari perolehan % N-gain rendah ke tinggi.
Inferensi logika atau logical inference merupakan aspek yang sangat penting
dalam pengembangan aspek keterampilan proses sains, dalam hal ini inferensia
sebagai kegiatan menyimpulkan sebagai akibat logis dari hukum-hukum terdahulu
tanpa atau ketika melakukan percobaan (Brotosiswojo, 2001). Pada penelitian ini
kemampuan berpikir inferensi logika bagi subjek penelitian diungkap melalui
91
pernyataan mengenai kekhasan atom karbon dan keisomeran senyawa
hidrokarbon yang terdapat dalam klaim pengetahuan pada diagram vee.
Pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan generik inferensi
logika meliputi pendekatan peta konsep, pemecahan masalah, dan kerja ilmiah.
Hasil analisis data rerata skor pretes, skor postes, % N-gain dan taraf pencapaian
keterampilan generik inferensi logika menurut kelas prestasi disajikan pada Tabel
4.15.
Materi pembelajaran sebagai wahana mengembangkan keterampilan
inferensi logika siswa adalah percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam
senyawa karbon dan percobaan isomer senyawa hidrokarbon dengan molymod.
Rerata % N-gain keterampilan inferensi logika pada kelas atas adalah 53,25%,
dan kelas bawah adalah 34,85%. Dengan demikian model pembelajaran yang
diterapkan mampu meningkatkan penguasaan keterampilan generik inferensi
logika subjek penelitian pada tingkat pencapaian sedang pada kelas atas dan pada
kelas bawah (Hake, 1998). Oleh karena itu merupakan tantangan bagi siswa
untuk mampu meningkatkan keterampilan generik inferensi logika, sebab
keterampilan inferensi logika ini sebagai bagian dalam keterampilan proses sains
(Dahar, 1996).
Ilmu kimia merupakan ilmu yang didasari pada eksperimen. Oleh sebab itu,
pengamatan selama melakukan percobaan uji keberadaan unsur C dan H pada
senyawa hidrokarbon dan isomer hidrokarbon menggunakan molymood
merupakan faktor utama dalam kegiatan pembelajaran hidrokarbon. Untuk
pengamatan hasil reaksi kimia atau gejala alam ada yang dapat diamati secara
92
langsung dengan panca indera, tetapi ada pula yang tidak dapat diamati secara
langsung sehingga dikenal kemampuan generik pengamatan tidak langsung
(Brotosiswojo, 2001).
Pola kegiatan pembelajaran hidrokarbon meliputi kegiatan sebagai berikut.
Pertemuan pertama penjelasan pembelajaran senyawa hidrokarbon, pemaparan
pengenalan dan kegunaan alat-alat praktikum yang akan digunakan, dilanjutkan
pembagian kelas. Pada pertemuan awal ini disajikan pemaparan pelaksanaan
percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dengan tujuan
memberikan bekal pengalaman siswa untuk dapat melakukan kegiatan
pengamatan praktikum dengan benar.
Pertemuan kedua dilakukan pretes untuk materi penguasaan konseptual dan
metodologis menggunakan alat tes diagram vee. Siswa dituntut menjawab elemen
atau unsur berkaitan fokus pertanyaan, objek percobaan, kejadian, konsep,
atau prinsip yang tertera pada diagram vee. Setelah pretes, pada pertemuan kedua
ini mahasiswa secara kelas melakukan percobaan uji keberadaan unsur C dan H
dalam senyawa karbon. Selama mahasiswa melakukan percobaan dilakukan
observasi mengenai kegiatan praktikum siswa untuk mengungkapkan penguasaan
keterampilan generik pengamatan, keterampilan kerja laboratorium, dan diikuti
bimbingan jika ada masalah pelaksanaan percobaan.
Pada akhir pelaksanaan praktikum uji keberadaan unsur C dan H dalam
senyawa karbon yaitu pertemuan kedua, setiap kelas melaporkan hasil
pengamatan selama praktikum dengan cara mengisi tabel/lembaran pengamatan
lembaran yang telah disiapkan dan dibagikan sebelum praktikum untuk setiap
93
kelas. Lembar pengamatan yang terisi dikumpulkan dan dievaluasi oleh peneliti
dan diserahkan kembali. Selanjutnya untuk evaluasi kemampuan generik
pengamatan maka setiap siswa diwajibkan untuk melaporkan hasil pengamatan,
analisis data percobaan, menarik kesimpulan dan menjawab pertanyaan
penguasaan konsep dan metodologis.
Pertemuan keempat pretes untuk percobaan kedepan yaitu isomer senyawa
hidrokarbon. Pretes untuk mengungkap penguasaan konseptual dan metodologis
setiap mahasiswa menggunakan diagram Vee. Pada pertemuan keempat juga diisi
kegiatan presentasi hasil pengamatan percobaan uji keberadaan unsur C dan H
dalam senyawa karbon oleh perwakilan kelas praktikum, diikuti diskusi untuk
mengevaluasi kegiatan selama praktikum dilakukan; dan sekaligus untuk
memantapkan kemampuan generik pengamatan dan konsep pendukungnya.
Pada pertemuan kelima sampai ketujuh, mahasiswa melakukan percobaan
isomer senyawa hidrokarbon menggunakan molymood. Pada saat siswa
melakukan setiap percobaan maka peneliti melakukan observasi kemampuan
pengamatan dan bimbingan pada setiap kelas agar mampu pengamatan yang
benar. Setiap akhir percobaan siswa secara kelas dan bergantian
mempresentasikan hasil pengamatan, analisis data pengamatan, merumuskan
kesimpulan. Setiap akhir percobaan siswa membuat laporan hasil percobaan.
Pada Tabel 4.15 disajikan mengenai analisis skor rerata dari pretes dan
postes untuk percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon dan
isomer senyawa hidrokarbon menggunakan molymood. Berdasarkan hasil
penelitian ini diketemukan bahwa keterampilan generik pengamatan yang
94
terkembangkan dengan nilai 84,62 % N-gain tertinggi adalah siswa kelas atas;
kemudian kelas bawah. Siswa dari kelas atas memiliki nilai 63,08 % N-gain
tinggi, berarti mereka telah memiliki keterampilan generik sains pengamatan lebih
baik setelah melakukan percobaan uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa
karbon dan isomer senyawa hidrokarbon menggunakan molymood. Keberhasilan
dari penguasaan keterampilan generik pengamatan dari kelatas, kemungkinan
dipengaruh oleh kerja kelas dan diterapkannya diskui sebelum percobaan, saat
pembelajaran, dan setelah percobaan.
Dengan melihat harga % N-gain yang berkisar antara harga 70 sampai 100
untuk siswa kelas atas, sedangkan 30 sampai 70 untuk siswa kelas bawah berarti
collaborative learning berbantuan diagram vee telah manpu mengembangkan
keterampilan generik pengamatan sampai pada taraf pencapain kategori tinggi
pada kelas atas dan sedang pada kelas bawah.
4.2.3. Respon Siswa terhadap Penerapan Collaborative Learning berbantuan
Diagram Vee
Dari hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa siswa menyukai pembelajaran menggunakan model
collaborative learning berbantuan diagram vee. Rata-rata siswa memberikan
tanggapan positif (senang) terhadap masing-masing indikator yang terdapat dalam
angket yaitu: (1) pembelajaran berlangsung lebih menyenangkan dan tidak
membuat bosan, (2) pembelajaran berlangsung lebih kompetitif sehingga memacu
siswa untuk lebih aktif, (3) pembelajaran melibatkan peran aktif siswa dalam
berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi, (4) media diagram vee yang
95
digunakan membuat siswa lebih mudah menguasai konseptual dan metodologis
materi pelajaran uji keberadaan unsus C dan H dalam senyawa karbon dan isomer
hidrokarbon, (5) materi pelajaran menjadi lebih mudah dipahami sehingga siswa
lebih jelas, (6) pembelajaran membuat siswa lebih aktif bertanya maupun
menanggapi pertanyaan dari guru, (7) pembelajaran membuat siswa berani
menyampaikan pendapat, (8) pembelajaran membuat siswa menjadi lebih
bertanggung jawab dan teliti dalam mengerjakan tugas, melakukan percobaan
kimia, dan menyimpulkan suatu materi, (9) pembelajaran membuat siswa tetarik
untuk belajar secara kelompok, (10) siswa menyukai cara mengajar peneliti.
Tanggapan-tanggapan siswa tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee membuat siswa
dapat memahami materi hidrokarbon dengan lebih jelas, sehingga hasil belajarnya
lebih baik.
4.2.4. Keunggulan dan Keterbatasan Collaborative Learning berbantuan
Diagram Vee
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
mengenai keunggulan pembelajaran kimia dengan menggunakan collaborative
learning berbantuan diagram vee adalah sebagai berikut: (1) lebih tercipta suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan menarik tertarik mengikuti pelajaran
dengan adanya diagram vee sebagai alat evaluasi dalam percobaan uji keberadaan
unsur C dan H dalam senyawa karbon dan percobaan isomer hidrokarbon
menggunakan molymood, (2) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena dengan
berdiskusi siswa berani mengemukakan pendapat mereka terhadap materi yang
mereka pelajari, (3) guru bertindak sebagai fasilitator sehingga siswa dapat
96
mengembangkan aktivitas dan kreativitas mereka untuk menyelesaikan masalah,
(4) siswa lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan mempelajari
materi pelajaran karena selain harus mengisi poin kosong dalam diagram vee
siswa memberikan penjelasan kepada teman dalam kelompoknya sesuai materi
yang dipelajari. Selain keunggulan, penggunaan collaborative learning
berbantuan diagram vee dalam pembelajaran kimia juga terdapat keterbatasan
yaitu: (1) membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan materi
pembelajaran dan memahamkan siswa mengenai penggunaan diagram vee, (2)
membutuhkan alat dan bahan percobaan yang memadai agar siswa lebih mudah
dalam melakukan pengamatan reaksi kimia.
Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mengatasi kelemahan yang
menjadi hambatan tersebut yaitu menjelaskan terlebih dahulu cara mengisi
diagram vee yang akan siswa gunakan sebagai alat evaluasi dalam percobaan yang
disesuaikan dengan kurikulum dan memberi tugas atau memberikan kesempatan
untuk menyampaikan hasil pengisian diagram vee setelah melakukan percobaan.
Kesimpulan materi yang telah dipelajari juga dibuat bersama-sama oleh siswa
sendiri dan guru hanya memberikan penekanan saja.
95
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
collaborative learning berbantuan diagram vee memiliki pengaruh positif
terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan hasil
belajar kimia materi pokok hidrokarbon pada siswa SMA Negeri 1 Gombong
yang ditunjukkan dengan:
(1) Pengaruh positif penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan
hasil belajar kimia materi pokok hidrokarbon pada siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Gombong yaitu sebesar 33,70%.
(2) Hasil belajar kognitif materi pokok hidrokarbon pada siswa dengan
penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal karena ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh
sebesar 80,65%.
(3) Rerata % N-gain keterampilan generik pengamatan siswa dengan penerapan
collaborative learning berbantuan diagram vee yaitu sebesar 72,65%
dengan kategori sedang dan rerata % N-gain keterampilan generik inferensi
logika siswa dengan penerapan collaborative learning berbantuan diagram
vee yaitu sebesar 42,90% dengan kategori sedang.
(4) Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik
97
98
pengamatan dan inferensi logika siswa materi pokok hidrokarbon yaitu
sebesar 77,42%.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah :
1. Guru kimia dapat menerapkan collaborative learning berbantuan diagram vee
dalam pembelajaran sebagai variasi metode mengajar.
2. Pembiasaan pada siswa untuk bertanya, berpendapat, dan menjawab
pertanyaan perlu dilakukan agar siswa terbiasa aktif.
3. Gurum kimia dapat menerapkan percobaan kimia dan mengarahkan siswa
untuk menggunakan diagram vee sebagai alat evaluasi percobaan kimia untuk
meningkatkan keterampilan generik sainspengamatan dan inferensi logika
siswa.
99
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2007. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa
Melalui Pembelajaran Kolaboratif dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah. Jurnal Dinamika Pendidikan. 2(3). 2007
Anonim, 2007. Metode Pembelajaran Kolaboratif Berhasil Meningkatkan
Kemandirian & Kemampuan Belajar.
http:// qac.ums.ac.id/?pilih=lihat&id=52.
Anonim, 2008. KTSP SMA. http://ktsp.diknas.go.id/ktsp_sma.php. Akses tanggal
5 Mei 2011
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bowen, C.W. (1998). “Item Design Considerations for Computer-Based Testing of
Student Learning in Chemistry”. Journal of Chemical Education. 75. (9).
1172-1175.
Brosiswoyo, B.S. 2001. Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran
Kimia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdiknas. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka
Februarina, M. 2010. Komparasi Hasil Belajar Kimia antara Siswa yang
Mendapat Pembelajaran Active Learning Competition dengan
Collaboratie Learning Pokok Bahasan Termokimia. Skripsi. Semarang:
UNNES
Green, F. 2009. The Growing Importance of Generic Skills. Tersedia pada:
www.beyoundcurrenthorizons.org.uk. Akses tanggal 20 Desember 2011
Gokhale, A,.1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking.
Publishing: Journal of Technology Education. 7(1), 22-30.
Hake, R.R., 2002. Relationship of individual student normalized learning gains
in mechanics with gender, high-cchool, and pretest scores on
Mathematics and spatial visualizaton. tersedia on line: http: //www.
arxiv.org. and http:// www .phsics.indiana.edu/~hake. Akses tanggal 6
Juni 2011
100
Hartono. 2006. Pembelajaran Fisika Modern bagi Mahasiswa Calon Guru.
Ringkasan Disertasi Doktor pada Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung:
tidak diterbitkan
Hernani. 2010. Pembekalan Keterampilan Generik bagi Calon Guru Melalui
Pembelajaran Berbasis Maslaah yang Mengintegrasikan Perkuliahan dan
Praktikum Kimia Analitik. Ringkasan Disertasi Doktor Pada Sekolah
Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Jansoon, N., Coll, R. K., & Somsook, E. 2009. Understanding Mental Models of
Dilution in Thai Students. International Journal of nfironmental &
Science Education, 4(2). 147-168
Johnson, S. 2002. Traditional Versus Cooperative Groups.
http:// groups.physics.umn.edu/physed/Research/CGPS/trdvscoop.html.
Akses tanggal 14 mei 2012
Johnson, D. W., Johnson, R.T., 1979, Conflict in Classroom Controversy in
Learning, Review of Education Research, 49, 51-70
Kamsah, M.Z. 2004. Developing Generic Skills in Classroom Environment:
Engineering Students’ Perspective. In: Confererence On Engineering
Education (CEE 2004), 14-15.
Liliasari, S, A. dan Widodo, A. 2008. Model-Model Pembelajaran Berbasis TI
untuk Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir
Tingkat Tinggi Pembelajar. Laporan Penelitian HPTP pada Sekolah
Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Moore, K.D. Makna Belajar, Mengajar, Pendidik, Mendidik, dan Pendidikan. (on
line). tersedia: http://dnurningsih.blogspot.com/2011/07/makna-belajarmengajar-
pendidik.html. Akses tanggal 14 Mei 2012
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi dan Inovasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Munib, A. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES
Pedersen, D. 2010. Active and Collaborative Learning in an Undergraduate
Sociological Theory Course. University of North Dakota .Journal of
Technology Education.
101
Pujani, N, M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis
Kemampuan Generik Sains bagi Calon Guru. Disertasi Doktor pada
Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Purtadi, S. 2004. Metode Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
berbantuan Diagram V (Vee) dalam Pembelajaran Kimia.
Rosyada, D. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Roth, W. M & Bowen, M. (1993, February). The unfolding vee.
http://www.educ.uvic.ca/faculty/mroth/ Science Scope, 16(5),28 – 32.
diakses lewat: http://www.educ.uvic.ca/faculty/mroth/. Akses tanggal 8
Januari 2012
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka
Saptorini. 2007. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES
Silberman, M. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Slavin, R. E. 1990. Research on cooperative learning and achievement: What we
know, what we need to know. Contemporrary Educational Psychology,
21(1), 43-69.
Sudarman. 2008. Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan
Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Jurnal
Pendidikan Inovatif. 3 (2) Maret 2008
Sudarmin. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Organik dan
Keterampilan Generik Sains bagi Calon Guru Kimia. Disertasi.
Bandung: PPS UPI
Sudarmo, Unggul.2007.Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Philbeta
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
.............. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Sugandi, A dan Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT UNNES
Press
102
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Cv
ALFABETA
............... 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Cv ALFABETA
Suherman, E. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Online. http://pkab.wordpress.com/2008/05/14/model-belajar danpembelajaran-
berorientasi-kompetensi-siswa. Akses tanggal 8 Januari
2012.
Sujanem, R. 1998. Efektivitas Model Belajar Heuristic Vee dengan Peta Konsep
dalam Pembelajran Fisika di SMU. Singaraja: Aneka Widya STIKIP
Singaraja
Suma, K. 2003. Pembekalan Kemampuan-Kemampuan Fisika Bagi Calon Guru.
Disertasi. Bandung: PPS UPI
Sunaryohadi, 2008. Pendidikan di Indonesia.
http://www.sunaryohadi.info/pendidikan-di-indonesia.htm.
Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Realibilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 200. Bandung: Rosda.
Susilaningsih, E. 2011. Panduan Implementasi Evaluasi Program Model ECIPR
Untuk Praktikum Kimia di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Ringkasan disestasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY
Suyitno, A.2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Totten, S., Sills, T., Digby, A., & Russ, P. (1991). Cooperative learning: A guide
to research. New York: Garland.
Wahyuni, A. 2008. Skripsi. Komparasi Hasil Belajar Kimia Antara Siswa yang
diberi Model Pembelajaran Collaborative Learning dengan Model
Pembelajaran Konvensional Pokok Materi Termokimia pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Purbalingga. Semarang : UNNES
Zamroni. 2000. Pembelajaran Kolaboratif . Jakarta : Gramedia
http://www.pembelajaran-kolaborasi.web.id/ncfl_10.php. Akses tanggal 6 Juni
2011
http://syamedu.blogspot.com/2011/03/collaborative-writing-strategy.html. Akses
tanggal 6 Juni 2011
103
http://www.wcer.wisc.edu/archive/cl1/cl/moreinfo/MI2B.htm. Akses tanggal 8
Januari 2012
http://theaste.org/publications/proceedings/2006proceedings/Swami%201%20.
htm. Akses tanggal 14 Mei 2012