My story

My story

Kamis, 02 Februari 2012

“KKN TEMATIK PBA DI DUSUN KALIBANTENG”

Kalibanteng, mungkin setahu kami adalah salah satu kota di Semarang yang selalu macet di pagi maupun sore hari dan banyak gedung-gedung tinggi di kanan kiri jalan.Ketika pemplotingan, saya dan teman-teman KKN posko dusun Kalibanteng tidak bisa membayangkan keadaan Kalibanteng tempat kami KKN seperti apa. Setelah kami sampai di sebrang sungai, kami bingung sebenarnya dusun Kalibanteng itu dimana.Ternyata kami harus menyeberangi sungai menggunakan “jukung” perahu gethek yang digunakan untuk menyebrang. Awalnya kami takut menaikinya, karena ketika itu sungai sedang banjir dan arusnya deras.
Selain sulitnya kendaraan untuk masuk ke dusun kalibanteng karena harus menyebrang sungai yang cukup lebar, jalan-jalan di dusun Kalibanteng juga masih dari tanah dan tidak ada penerangan jalan. Ketika survey ke rumah-rumah warga untuk mendata warga yang akan menjadi sasaran PBA, saya dan teman-teman harus berjalan hati-hati karena jalannya becek sambil memegang senter sebagai penerangan. Survey ke rumah warga kami lakukan 2x karena jarak yang cukup jauh anatar rumah warga dan hujan deras yang setiap malam turun. Mungkin kalau survey WB dilakukan siang hari akan lebih mudah, akan tetapi setiap hari mulai jam 6 pagi sampai jam 3 sore warga berangkat ke sawah sehingga kami hanya bisa melakukan survey warga pada saat sore dan malam hari. Dari data yang kami peroleh kami datangi satu persatu rumah warga untuk diajak belajar bersama. Antusias mereka cukup besar, tapi ada juga warga yang kurang antusias karena berpendapat bahwa umur sudah tua buat apa belajar lagi. Saya dan teman-teman berusaha membujuknya dengan menyemangati dan menjanjikan akan memberikan keterampilan kepada warga disun Kalibanteng.
Ketika warga dikumpulkan di posko KKN kami cukup banyak yang berangkat, bahkan ada warga yang tidak terdaftar pada daftar WB dari kecamatan ikut hadir di posko kami. Karena WB yang datang cukup banyak, maka kami bagi menjadi 2 kelompok belajar. Kelompok jambu kami tempatkan di Masjid dusun Kalibanteng, dan kelompok mangga kami tempatkan di posko KKN kami. Pembelajaran dilakukan 5 kali dalam seminggu, proses belajar mengajar hanya libur pada malam Jumat dan malam Minggu. Pada awalnya kami hanya mengajukan 3 kali pembelajaran dalam seminggu, tetapi warga meminta seminggu full dan akhirnya diputuskan 5 kali dalam seminggu.
Hari pertama proses belajar mengajar saya isi dengan perkenalan WB dan setiap WB bercerita tentang pendidikan mereka. Saya kaget ternyata banyak warga yang tidak pernah merasakan bangku sekolah. Bahkan sampai sekarang ini banyak yang putus sekolah dan hanya sekolah sampai SD. Setelah lulus SD banyak yang bekerja dan menikah. Mayoritas warga di dusun Kalibanteng adalah bekerja sebagai TKI di luar negeri. Jadi mereka beranggapak pendidikan itu kurang penting. WB yang kami ajar kebanyakan belum pernah bersekolah. Apalagi WB yang saya pegang, mereka sama sekali tidak mengenal huruf dan hanya mengenal angka. Setiap pembelajaran saya pelan-pelan megajarkan huruf alphabet kepada WB hingga mereka paham dan hafal. Setelah 5 kali pertemuyan mereka baru hafal huruf alphabet itupun baru beberapa WB. Bahkan ada WB yang menyerah dan tidak mau berangkat lagi karena pusing tidak paham-paham dengan huruf alphabet. Agar tidak terlalu tegang ketika belajar, saya sering mengajak WB mengobrol dan bercanda. Tingkah mereka juga lucu sehingga membuat saya semakin semangat mengajar.
Pembelajaran di dusun Kalibanteng dijadwalkan dari pukul 19.30 WIB sampai 21.00 WIB, akan tetapi karena terlalu semangatnya WB untuk belajar dan bisa membaca, menulis, dan berhitung terkadang hingga pukul 22.00 WIB. Ada juga beberapa WB yang menginginkan agar KKN Tematik PBA ini berlangsung selama 1 tahun. Saya dan teman saya hanya tersenyum melihat kemauan mereka yang tinggi untuk belajar. Inilah pengalaman saya dan teman-teman di posko KKN dusun Kalibanteng, desa Pamulihan, Larangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar